Sempat Menolak, Santri Ini Ungkap Hikmah Ikut Diklatsar

Satu pekan menjalani Pendidikan dan Latihan Dasar (Diklatsar) Santri Karya (Karyawan) Daarut Tauhiid (DT), memberikan kesan tersendiri bagi para peserta. Asep Ayi, salah seorang peserta diklat dari Lembaga Unit GDP (Global Solution Providers) DT, menyempaikan kesannya selama menjalani Diklatsar.

Ia mengungkapkan, sebelum menjalani Diklatsar yang diamanahkan kepadanya, ia sempat komplain, dan menganggap Diklatsar ini tidak akan bermakna bagi dirinya. Namun, hal itu berbanding terbalik saat ia menjalaninya dari awal hingga akhirnya ditutup oleh KH. Abdullah Gymnastiar (Aa Gym), di Eco Pesantren, pada Ahad, (7/7).

Alhamdulillah, pada kesempatan seminggu ini, saya bisa mengikuti kegiatan Diklatsar Santri Karya 2019. Banyak suka duka, dan insyaAllah ada hikmahnya. Hari pertama dan kedua saya merasakan sangat kelelahan, bahkan pada hari ketiga, telapak tangan saya terluka dan lecet-lecet pada saat di kolam renang Pusdikjas. Menjelang tiga hari terakhir, baru terasa hikmah dari kegiatan ini,” ungkapnya.

Ia mengenang, saat Panitia Diklatsar mengarahkan seluruh peserta, termasuk dirinya untuk berenang sambil mendorong rakit di Danau Saguling, ia mengambil hikmah, bahwa hidup harus senantiasa bergerak, berikhtiar, demi tercapainya tujuan yang Allah ridai.

Membawa rakit ke tepian danau, tentu akan terasa berat jika mendorongnya sendirian. Maka, mendorongnya bersamaan, beban yang dirasakan jadi lebih ringan. “Begitu pula saat menghadapi masalah dalam pekerjaan,” lajut Asep.

Katanya, saat berjala kaki dari Lembang menuju lokasi Diklatsar terakhir, yaitu Cikole, ia menyampaikan hikmah, bahwa dalam perjalana kehidupan, tidak selamanya menyenangkan, tidak selamanya mudah. Lalu, puncaknya, saat solo bivak, ia merasa bahwa hidup dan mati itu sendirian. Merasakan gelapnya malam tanpa cahaya, ia pun membayangkan alam kubur, da hanya amal saleh lah yang akan menemaninya di sana.

“Maka dari itu bagi teman-teman Santri Karya mapun bagi calon Santri Karya, saya mengajak untuk mengikuti kegiatan diklatsar di kemudian waktu, dengan rasa semangat, iklas, dan jujur.  Kegiatan ini sangat bermanfaat, dan dapat menjadi amal saleh,” pungkasnya. (Sukmara Galih)