Sikapi Ujian Hidup dengan Bijaksana

Saudaraku, setiap orang pasti mengalami persoalan dalam hidupnya. Rasa berat atau ringan ketika menghadapi, itu tergantung pada cita-cita hidup, persepsi, dan cara kita menyikapi. Nah, yang ingin Aa sampaikan adalah jangan salah menyikapi ujian hidup tersebut.

Sesungguhnya, ujian hidup merupakan karunia dari Allah SWT. Bukan beban, masalah, apalagi tanda Allah tidak sayang kepada kita. Buang jauh-jauh pikiran atau prasangka seperti itu. Karena hal ini Allah sampaikan dalam firmannya, Tuhanmu tiada meninggalkan kamu dan tiada (pula) benci kepadamu. (QS. ad-Duhaa [93]: 3)

Sebaliknya, ujian hidup mengandung nilai kebaikan. Sebagaimana hadis yang diriwayatkan Bukhari, Rasullah bersabda, “Barangsiapa dikehendaki Allah kebaikan baginya, maka dia diuji (dicoba dengan suatu musibah). Hadis ini jelas mengabarkan kepada kita, jika ujian hidup sejatinya mengandung kebaikan dari Allah. Musibah atau masalah dalam hidup menjadi jalan menuju kebahagiaan dan kemuliaan bila disikapi dengan tepat.

Jadi, tidak ada ujian yang membahayakan. Ilustrasinya seperti ini, kita gagal bukan karena soal, melainkan karena salah jawabannya. Artinya, yang membahayakan diri kita bukanlah pada persoalan hidup, melainkan karena salah menyikapinya.

Ketika menghadapi persoalan yang terasa sangat berat dan menyengsarakan, itu bukan karena beratnya persoalan. Tapi, karena kita belum tahu jawaban yang tepat untuk persoalan tersebut. Sesulit apa pun soal bila tahu jawabannya, niscaya ringan dan menyenangkan. Demikian pula persoalan hidup, bila kita sudah paham menyikapinya, maka ringan dan dinikmati.

Bedanya ujian sekolah dan ujian hidup. Ketika menghadapi ujian sekolah, jika kita selalu meminta tolong kepada guru pengawas, niscaya mendapatkan kemarahan dan kegagalan. Namun dalam menghadapi persoalan hidup, sebaliknya. Bila kita selalu bergantung, mengharapkan pertolongan, dan memasrahkan segala urusannya kepada Allah dengan penuh keyakinan, niscaya disukai-Nya. Hidup kita dibimbing Allah saat menyikapi suatu masalah, sehingga ada solusi terbaik. Yakni dengan ikhtiar yang efektif dan efisien karena dibimbing oleh yang Mahatahu dan Mahabijaksana.

Bagi yang memiliki cita-cita besar, agung dan mulia niscaya persoalan hidup menjadi lebih ringan, bahkan disyukuri karena menjadi jalan tercapainya cita-cita. Maka, bagi yang bercita-cita menjadi penghuni surga, dan bisa berjumpa dengan Allah SWT sebagai puncak cita-citanya, niscaya semua kepahitan hidup terasa manis. Ini karena kepahitan yang datang terasa sebagai penggugur dosa-dosa dan berlimpahnya pahala.

Namun, bagi para pecinta dunia, harta benda, kedudukan jabatan, pujian dan penghargaan makhluk semata, niscaya persoalan remeh saja terasa berat. Apalagi persoalan besar, pasti dirasakannya amat berat dan penuh derita. Semoga Allah senantiasa menjaga kita agar tidak terjebak menjadi para pecinta dunia. [KH. Abdullah Gymnastiar]