Tegakkan Amar Ma’ruf Nahi Munkar

Saudaraku, orang shalih itu disukai semua orang. Tapi, orang mushlih belum tentu. Bahkan boleh jadi banyak yang tidak menyukainya. Rasulullah saw yang sudah jelas-jelas kemuliaan akhlaknya, banyak yang tidak suka pada beliau disebabkan dakwah yang dilakukannya.

Menjadi orang mushlih, orang yang mengajak orang lain dan lingkungan menjadi shalih, maka akan berhadapan dengan orang-orang yang tidak mau melihat keshalihan tegak. Akan berhadapan dengan orang-orang yang masih terbelenggu dengan kemusyrikan dan kekufuran. Akan berhadapan dengan orang-orang yang sudah terbelenggu dengan kenikmatan duniawi yang melenakan.

Allah SWT berfirman, “Kamu adalah umat yang terbaik yang dilahirkan untuk manusia, menyuruh kepada yang ma’ruf, dan mencegah dari yang munkar, dan beriman kepada Allah. Sekiranya ahli kitab beriman, tentulah itu lebih baik bagi mereka, di antara mereka ada yang beriman, dan kebanyakan mereka adalah orang-orang yang fasik.” (QS. Ali Imran [3]: 110).

Demikian juga firman Allah, “Dan hendaklah ada di antara kamu segolongan umat yang menyeru kepada kebajikan, menyuruh kepada yang ma’ruf dan mencegah dari yang munkar; merekalah orang-orang yang beruntung.” (QS. Ali Imran [3]: 104).

Dalam kedua ayat ini Allah menjelaskan bahwa kita, umat Islam, adalah umat terbaik. Dan, umat terbaik itu memiliki ciri-ciri berupa menebarkan manfaat pada manusia lainnya, serta senantiasa mengajak kepada kebaikan dan menyeru untuk menjauhi keburukan.

Amar ma’ruf nahi munkar tidak bisa dilepaskan dari seorang mushlih. Karena dalam hidup ini kita akan sering menemukan berbagai peristiwa, berbagai orang dengan karakternya masing-masing. Sangat memungkinkan kemungkaran, kemaksiatan, kerusakan terjadi. Nah, seorang mushlih adalah orang yang tidak tinggal diam saat mengetahui semua itu terjadi. Hatinya akan peka menolak kemunkaran, lisannya akan menolak, dan tangannya akan ikhtiar melakukan sesuatu untuk mencegah kemunkaran itu terjadi.

Rasulullah bersabda, “Barang siapa yang melihat satu kemungkaran, maka ubahlah dengan tangannya, jika tidak mampu maka dengan lisannya dan jika tidak mampu maka dengan hatinya, dan itu selemah-lemahnya iman.” (HR. Muslim).

Mengutip Imam Ibnu Taimiyah, semoga Allah rida kepadanya, ada tiga bekal yang penting dimiliki oleh kita jika ingin mencapai derajat mushlih. Pertama, adalah memiliki ilmu. Kedua, adalah memiliki kelemahlembutan. Dan ketiga, adalah memiliki kesabaran.

Tidak ada orang yang senang dimarahi, begitu juga orang biasa cenderung tidak suka ditegur. Ini adalah kecenderungan alami manusia. Namun, tentu saja dakwah harus tetap kita lakukan. Maka dari itu, tiga bekal yang dinasehatkan Imam Ibnu Taimiyah ini penting untuk kita miliki.

Kenali kebiasaan, tabiat target dakwah kita. Kemudian, rencanakan metode dakwah kita yang akan sesuai dengan kondisi target dakwah kita. Setelah semua itu siap, lakukanlah dakwah itu diiringi dengan ketangguhan mental untuk bersabar. Karena boleh jadi dari sekian banyak objek dakwah itu, ternyata ada yang menolak, ada yang membenci kita, disamping ada juga yang menyambut dakwah kita dengan sukacita.

Allah SWT berfirman, “Demi masa. Sesungguhnya manusia itu benar-benar dalam kerugian. Kecuali orang-orang yang beriman dan mengerjakan amal shalih dan nasihat-menasihati supaya menaati kebenaran dan nasiha-menasihati supaya menetapi kesabaran.” (QS. al-Ashr [103]: 1-3).

Saudaraku, sungguh beruntung orang-orang yang mampu menjadi pribadi shalih, dan jauh lebih beruntung lagi orang shalih yang mampu menshalihkan orang lain dan lingkungannya. Semoga Allah senantiasa memberi petunjuk dan kekuatan kepada kita sehingga kita bisa menjadi seorang shalih sekaligus mushlih. Aamiin yaa Rabbal’aalamiin. (KH. Abdullah Gymnastiar)