Tujuh Wasiat Rasulullah

Saudaraku, kenalkah kita dengan salah satu sahabat Rasulullah saw yakni Abu Dzar al-Ghifari? Beliau adalah salah satu sahabat terdekatnya, bahkan Rasulullah memberikan tujuh wasiat kepada Abu Dzar al-Ghifari yang sangat terkenal.

Berikut ini tujuh wasiat tersebut:

عَنْ أَبِيْ ذَرٍّ قَالَ: أَوْصَانِيْ خَلِيْلِي بِسَبْعٍ : بِحُبِّ الْمَسَاكِيْنِ وَأَنْ أَدْنُوَ مِنْهُمْ، وَأَنْ أَنْظُرَ إِلَى مَنْ هُوَ أَسْفَلُ مِنِّي وَلاَ أَنْظُرَ إِلَى مَنْ هُوَ فَوقِيْ، وَأَنْ أَصِلَ رَحِمِيْ وَإِنْ جَفَانِيْ، وَأَنْ أُكْثِرَ مِنْ لاَ حَوْلَ وَلاَ قُوَّةَ إِلاَّ بِاللهِ، وَأَنْ أَتَكَلَّمَ بِمُرِّ الْحَقِّ، وَلاَ تَأْخُذْنِيْ فِي اللهِ لَوْمَةُ لاَئِمٍ، وَأَنْ لاَ أَسْأَلَ النَّاسَ شَيْئًا.

Dari Abu Dzar ra, ia berkata: “Kekasihku (Rasulullah) saw berwasiat kepadaku dengan tujuh hal:

  1. Beliau memerintahkan aku agar mencintai orang-orang miskin dan dekat dengan mereka.

Penjelasannya, mencintai dan dekat dengan kaum dhuafa (orang miskin) akan melembutkan hati kita. Jangan sampai kita salah membandingkan. Semakin sering kita melihat orang kaya atau yang memiliki kelebihan dalam harta, maka kita akan semakin merasa miskin. Dan semakin kehilangan rasa syukur. Naudzubillah.

Tetapi jika kita sering memperhatikan orang yang hidupnya prihatin, para dhuafa, orang yang memiliki keterbatasan fisik, tidak memiliki cukup materi atau uang, yang kesulitan untuk makan, tidak memiliki rumah, tidak punya sanak saudara, atau bahkan tempat yang terkena musibah seperti kebanjiran dan peperangan, semakin kita bisa meraba kehidupan, penderitaan kesusahan mereka, maka hati kita akan semakin hidup nuraninya. Hidupnya nurani inilah yang membuat kita peka, peduli dan mau berbuat meringankan ujian mereka.

  1. Beliau memerintahkan agar aku melihat kepada orang yang berada di bawahku dan tidak melihat kepada orang yang berada di atasku.

Penjelasannya, dalam hal urusan dunia kita sebaiknya melihat kepada orang yang berada di bawah kita.

  1. Beliau memerintahkan agar aku menyambung silaturahmiku meskipun mereka berlaku kasar kepadaku.

Penjelasannya, Allah SWT berfirman:

فَهَلْ عَسَيْتُمْ إِن تَوَلَّيْتُمْ أَن تُفْسِدُوا۟ فِى ٱلْأَرْضِ وَتُقَطِّعُوٓا۟ أَرْحَامَكُمْ 

        أُو۟لَٰٓئِكَ ٱلَّذِينَ لَعَنَهُمُ ٱللَّهُ فَأَصَمَّهُمْ وَأَعْمَىٰٓ أَبْصَٰرَهُمْ

Artinya: “Maka apakah kiranya jika kamu berkuasa kamu akan membuat kerusakan di muka bumi dan memutuskan hubungan kekeluargaan? Mereka itulah orang-orang yang dilaknati Allah dan ditulikan-Nya telinga mereka dan dibutakan-Nya penglihatan mereka.” (QS. Muhammad [47]: 22-23).

  1. Aku dianjurkan agar memperbanyak ucapan lâ haulâ walâ quwwata illâ billâh (tidak ada daya dan upaya kecuali dengan pertolongan Allah).

Penjelasannya, tidak ada kemampuan bagi kita untuk berbuat taat kecuali dengan tuntunan Allah SWT. Tidak ada kemampuan kita menjauhi maksiat kecuali dengan pertolongan Allah SWT. Orang tidak bisa menolong kita kecuali Allah yang menggerakkan. Dan musibah tidak bisa menimpa kita kecuali dengan izin Allah, Karena semua kekuatan, kejadian ada dalam genggaman Allah SWT.

  1. Aku diperintah untuk mengatakan kebenaran meskipun pahit.
  2. Beliau berwasiat agar aku tidak takut celaan orang yang mencela dalam berdakwah kepada Allah.
  3. Beliau melarang aku agar tidak meminta-minta sesuatu pun kepada manusia.

Penjelasannya, kalau pun dalam kondisi terpaksa membuat kita harus meminta bantuan kepada manusia, maka cukup lisan sedangkan hati jangan sampai bersandar. Kalau hati sudah bersandar kepada makhluk, pasti gelisah dan kecewa.

Saudaraku, agar mudah diingat mari kita coba memakai rumus jembatan keledai:

(1) Sapu.

Bersama-sama dengan orang miskin kita menyapu.

(2) Kuda.

Kuda itu selalu melihatnya ke bawah, maka dalam hal duniawi kita harus berusaha melihat ke bawah.

(3) Segitiga.

Segitiga itu tidak putus, selalu nyambung. Begitu juga dengan silaturahim. Jadi, silaturahim harus tetap nyambung.

(4) Ketupat.

Kita tidak akan bisa makan ketupat tanpa izin Allah SWT. Jadi usahakan selalu ingat, “Lahaula wala kuwwata illa billah.”

(5) Delima.

Berani berkata benar meskipun pahit.

(6) Senam.

Meskipun dicela ketika berdakwah di tempat ‘senam’, janganlah takut.

(7) Tidak meminta baju.

Artinya tidak meminta-minta.

Itulah tujuh wasiat Nabi Muhammad saw yang disampaikan kepada Abu Dzar al-Ghifari. Semoga kita bisa mengambil pelajaran dan mempraktikannya dalam kehidupan sehari-hari. Insya Allah.

(Kajian MQ Pagi, Selasa 29 September 2020)