Urgensi Kiprah Perempuan

Allah telah menciptakan manusia dengan sangat sempurna, dilengkapi akal, pikiran dan hati, yang dengan semua perangkat itu, manusia diharapkan dapat menjalankan tugasnya selaku khalifah fil ardli dengan sebaik-baiknya. Termasuk perempuan pun demikian, diberikan bekal yang sama oleh Allah SWT. Segenap potensi itu tidak diberikan Allah semata-mata untuk pelengkap saja, pasti ada hikmah luar biasa dibalik semua itu.

Sayangnya, masih banyak perempuan yang belum paham, belum menganggap penting sebuah pengembangan potensi diri sehingga mayoritas kiprah perempuan baru sebatas tugas-tugas domestik dirumah tangga saja, belum banyak yang merambah dunia publik, berperan aktif dalam masyarakat. Padahal jumlah perempuan dinegara kita lebih banyak daripada jumlah kaum adam, dan sampai saat ini belum banyak terlihat langkah penyelesaian masalah keperempuan yang riil, dari sisi pemberdayaan pun masih belum optimal.

Siapa lagi yang akan memikirkan nasib perempuan, jika bukan kita, kaum perempuan sendiri? Bukannya menafikan peran laki-laki, namun kadang mereka sendiri tidak tahu apa yang menjadi kebutuhan kita, kaum hawa. Karena memang hanya kita yang tahu apa yang menjadi harapan , keinginan, cita-cita kita, kita juga tahu begitu banyak masalah-masalah perempuan yang belum tuntas solusinya, sebut saja pelecehan seksual, kekerasan pada perempuan, atau eksploitasi perempuan.

Ragam Kiprah Muslimah
Betapa perempuan menjadi sebuah hal yang penting dalam Islam, sampai Rasulullah SAW diakhir hayatnya pun menitipkan annisa, annisa, annisa, kepada kita, untuk dijaga, diperhatikan agar ia tetap maslahat untuk ummat, bukannya malah menjadi sumber fitnah, seperti yang belakangan marak terjadi. Untuk itu, menjadi kewajiban masing-masing diri kita, untuk betul-betul berupaya menjaga diri, termasuk mulai mengeksplorasi potensi diri. Bagi muslimah yang berkiprah dibidang politik, dapat memberikan masukan kepada pemerintah untuk lebih memperhatikan masalah perempuan, kalau memungkinkan turut berperan mengambil keputusan strategis bagi hal-hal yang berkaitan dengan hak-hak perempuan. Bagi muslimah yang mencintai dunia seni budaya, dapat berperan dalam meng-create seni Islami, yang tidak hanya menghibur, namun juga sarat hikmah. Atau bagi muslimah yang diberi keilmuan, kapasitas intelektual yang lebih, seharusnya senantiasa bersemangat mengaplikasikan ilmunya, mengamalkan ilmu yang manfaat demi kebaikan ummat. Begitupun semua bidang yang ada, pastikan ada muslimah yang berkiprah didalamnya. Termasuk peran muslimah dalam rumah tangga sekalipun, tentu tetap memerlukan totalitas, optimalitas, karena ia mempunyai tanggung jawab besar untuk mencetak generasi rabbani, kader masa depan bagi Islam dan bangsa ini.

Seorang ibu yang profesional, berkualitas handal tentu tidak sekedar berpredikat ibu semata, pastilah mempunyai konsep pendidikan, pembinaan terbaik bagi anak-anaknya. Artinya setiap diri kita, muslimah harus memiliki azzam yang kuat untuk bangkit dari keterpurukan, mulai mengenali potensi diri, lalu mengembangkannya seoptimal mungkin, dan terus berkiprah dalam ragam bidang sesuai dengan kapasitas yang kita miliki.

Salah satu penyebab, perempuan dianggap kurang mampu, tidak cerdas adalah kurangnya keilmuan, intelektual dirinya. Untuk dapat mengembangkan kemampuan diri tentu kita harus mempunyai ilmu. Ilmu yang akan menuntun kita pada pencapaian cita-cita itu. Lagipula, bukankah Islam telah menempatkan posisi ilmu sedemikian tinggi, memuliakan orang-orang yang berilmu beberapa derajat lebih tinggi, sehingga Islam sangat sangat menganjurkan ummatnya untuk mencari ilmu, baik laki-laki dan perempuan, dan ilmu tidak hanya manfaat dunia saja, akhirat pun memerlukan ilmu pula. Tanpa ilmu, akan sulit bagi kita untuk maju. Minimal, untuk tahap awal ini mulailah senang membaca, jadwalkan waktu khusus untuk membaca, juga untuk belajar, terutama yang berkaitan dengan ilmu yang akan mendukung potensi kita. Atau jika memungkinkan, tidak ada salahnya mengikuti kursus. Lalu amalkan, berlatih terus-merus, karena ilmu tanpa amal tidak ada artinya sama sekali. Jika hal ini dilakukan, Insya Allah upaya eksplorasi potensi diri akan lebih mudah, gampang dilakukan.

Andai setiap kita menyadari akan pentingnya pengembangan potensi diri ini, dan sungguh-sungguh berikhtiar untuk itu, pastilah kondisi muslimah khususnya, dan mudah-mudahan keadaan preempuan Indonesia lebih baik dari sekarang ini. Ditengah segala ketebatasan kita, paling tidak ada sebuah tekad untuk berubah menjadi lebih baik, lebih maju. Sebuah impian kita semua, bahwa suatu saat negara kita lepas dari segala krisis multidimensi yang menghimpit ini, harus kita sadari bahwa bisa jadi karena kondisi perempuanlah yang belum sesuai ketentuan. Bukankah perempuan adalah tiang negara, jika perempuannya rusak, hancurlah negara itu. Tidak usah melihat kepada yang lain, marilah introspeksi diri masing-masing. Apa yang sudah kita perbuat selama ini? (Nurhayati)