Aa Gym: Ketahuilah! Ketamakan Adalah Akar Segala Kehinaan
DAARUTTAUHIID.ORG | Kehinaan tidak muncul begitu saja, melainkan tumbuh dari benih yang dibiarkan berkembang. Benih itu adalah sifat tamak—rasa rakus dan tidak pernah merasa cukup. Ketika ketamakan tidak dikendalikan, ia akan melahirkan berbagai perilaku tercela yang menjatuhkan martabat manusia. Sebaliknya, kebahagiaan dan ketentraman justru lahir dari sikap qanaah, yakni menerima dengan lapang dada apa yang telah Allah anugerahkan.
Orang yang qanaah bukan berarti tidak memiliki keinginan atau cita-cita. Namun, mereka mampu mengelola keinginannya sehingga tidak menggerogoti rasa syukur dalam hati. Keinginan yang tak terkendali dapat merusak ketenangan batin dan menjauhkan seseorang dari rasa syukur yang seharusnya menjadi fondasi hidupnya sebagai hamba Allah.
Dalam sebuah ungkapan bijak dari Abu Bakar Al-Warraq Al-Hakim disebutkan: “Seandainya ketamakan bisa ditanya, ‘siapa ayahmu?’, maka jawabannya adalah ‘keraguan terhadap takdir Allah.’” Artinya, orang yang tamak pada dasarnya belum memiliki keyakinan yang utuh terhadap ketetapan Allah. Ia lupa bahwa Allah-lah yang mengetahui seluruh kebutuhan kita, dan telah menjamin rezeki bagi setiap makhluk-Nya.
Banyak orang yang menerima jumlah rezeki yang sama, namun merasakan hidup yang berbeda. Ada yang tetap bahagia dan bersyukur, sementara yang lain menderita karena merasa kurang. Perbedaannya bukan pada besar kecilnya rezeki, melainkan pada cara kita memaknainya—apakah dengan rasa cukup atau terus mengeluh atas apa yang belum dimiliki.
Bila seseorang hanya sibuk memikirkan apa yang tidak ia miliki, maka hatinya akan terus gelisah, bahkan bisa merasa kecewa pada Allah. Padahal, ada orang yang secara materi hidupnya terbatas, tetapi hatinya tenang dan tidak merasa kekurangan. Sebaliknya, ada pula yang hidup dalam kelimpahan tetapi selalu merasa kurang dan tersiksa oleh ambisi yang tak pernah usai.
Aa Gym mengingatkan bahwa rezeki tidak selalu linear dengan usaha kita. Ada yang bekerja biasa saja tetapi mendapatkan rezeki berlimpah, sementara yang lain sudah berjuang sekuat tenaga namun hasilnya tetap kecil. Ini adalah bukti bahwa Allah-lah yang sepenuhnya mengatur dan membagikan rezeki, bukan semata-mata hasil dari kecerdasan, kekuatan, atau amal ibadah seseorang.
Karena itu, penting bagi orang beriman untuk bersikap wajar terhadap urusan dunia. Jangan silau dengan kemewahan yang bersifat fana: rumah mewah, kendaraan mahal, perhiasan berkelas, dan segala bentuk simbol status sosial lainnya. Semua itu bukanlah ukuran keberkahan hidup. Jika tidak hati-hati, justru kemegahan dunia bisa memperbudak dan menjerumuskan seseorang.
Kesimpulannya, sikap tamak adalah jalan menuju kehinaan karena menandakan kurangnya keyakinan kepada Allah dan takdir-Nya. Sebaliknya, qanaah adalah kunci untuk menjalani hidup dengan tenang dan bermartabat, sebuah pondasi penting dalam kehidupan seorang hamba yang beriman. (KH. Abdullah Gymnastiar)