MT se-Sukasari Padati Masjid Daarut Tauhiid Bandung

DAARUTTAUHIID.ORG | BANDUNG — Sabtu pagi, 2 Agustus 2025, suasana Masjid Daarut Tauhiid Bandung dipenuhi ratusan ibu dari berbagai majelis taklim se-Kecamatan Sukasari.

Sejak pukul delapan pagi, mereka berdatangan dengan wajah cerah—ada yang membawa bekal, ada yang hanya menggenggam sajadah.

Kajian ini menjadi agenda rutin setiap awal bulan, namun pagi itu terasa lebih istimewa karena dilangsungkan di Masjid Daarut Tauhiid, masjid yang berdiri di atas tanah wakaf dan menyimpan keberkahan tersendiri.

Masjid ini bukan sekadar tempat ibadah. Ia adalah hasil dari harta yang diikhlaskan, niat yang diluruskan, dan tekad bersama untuk menjadikan rumah Allah sebagai pusat pembinaan umat.

Dari tanah yang diwakafkan, lahir bangunan yang kini menjadi tempat ribuan hati belajar tentang ketundukan, kesabaran, dan ketulusan. Maka, kehadiran ratusan ibu pagi itu menjadi bagian dari rangkaian keberkahan yang terus mengalir di setiap sudut masjid ini.

Dalam tausiyah yang berlangsung hingga mendekati waktu Zuhur, KH. Abdullah Gymnastiar—yang akrab disapa Aa Gym—menyampaikan pesan tentang pentingnya meluruskan niat dalam setiap amal.

Dengan gaya yang lembut dan penuh keakraban, beliau mengajak jemaah untuk merenungkan kembali hal-hal sederhana yang kerap dilupakan: senyum, kata-kata, emosi, dan peran di rumah.

“Bu, tugas ibu itu meluruskan niat dan memastikan yang dilakukan itu benar atau enggak,” ujarnya. “Masak buat keluarga belum tentu bikin bahagia, senyum belum tentu bikin bahagia—semua tergantung niat.”

Pesan-pesan itu tidak menggurui, melainkan menyentuh. Disampaikan dengan bahasa sehari-hari, namun mengandung kedalaman makna.

Aa Gym juga mengingatkan agar umat tidak terjebak dalam perdebatan yang tidak prinsipil, dan lebih fokus pada kebaikan yang bisa dilakukan, sekecil apa pun. Semua itu menjadi bagian dari latihan spiritual yang nyata—dimulai dari rumah, dari hati, dan dari niat.

Suasana pagi itu menjadi saksi bahwa keberkahan bukan hanya berasal dari isi ceramah, tapi juga dari tempat yang menaunginya.

Masjid Daarut Tauhiid yang dibangun atas dasar wakaf, bukan hanya menjadi bangunan fisik, tapi rumah ruhani yang menghidupkan hati-hati yang datang kepadanya.

Ceramah tentang senyum dan maaf pun terasa lebih dalam, karena disampaikan di tempat yang dibangun dengan keikhlasan.

Masjid memang bisa didirikan dengan uang, tetapi masjid yang membangun jiwa hanya lahir dari harta yang diikhlaskan dan niat yang lurus karena Allah. Masjid Daarut Tauhiid adalah salah satu contohnya—di mana keberkahan bukan hanya terasa, tetapi benar-benar hidup dan terus mengalir. (WDT)

Redaktur: Wahid Ikhwan


DAARUTTAUHIID.ORG