Aa Gym: Jodoh Adalah Takdir dan Keikhlasan Dalam Menanti

DAARUTTAUHIID.ORG | Bicara tentang jodoh, sebenarnya kita sedang bicara tentang rahasia Allah yang paling halus. Ia tak bisa ditebak oleh waktu, tak bisa diukur oleh usia, dan tak bisa dipaksakan oleh kehendak manusia.

Bagaimana jika seseorang tidak ingin menikah? Apakah berdosa?

Menikah adalah bagian dari sunah Nabi. Jangan sampai dalam hati terbersit keengganan untuk menikah, sebab di dalam pernikahan ada penyempurnaan separuh agama dan ladang pahala yang luas.

Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wassalam bersabda,

“Apabila seseorang menikah, maka ia telah menyempurnakan setengah agamanya. Maka bertakwalah kepada Allah untuk setengah sisanya.” (HR. Anas bin Malik)

Menikah bukan sekadar tentang bertemu pasangan, tapi tentang menjalankan ibadah dan meneladani Rasulullah. Dalam sabda lain beliau juga mengingatkan:

“Barang siapa yang tidak menyukai sunahku, maka ia bukan termasuk golonganku.”

Artinya, menikah adalah bentuk ketaatan, bukan beban.

Ada kisah seorang guru perempuan yang telah berusia hampir enam puluh tahun. Sepanjang hidupnya ia sabar menunggu, tetap berkhidmat, tetap berdoa. Hingga akhirnya, atas izin Allah, jodohnya datang di usia senja. Kisah itu menjadi bukti bahwa tak ada yang mustahil jika Allah sudah berkehendak.

Jodoh adalah bagian dari kebesaran Allah Ta’ala penuh misteri, namun selalu tepat waktu. Allah berfirman dalam Surah Ar-Rum ayat 21:

“Dan di antara tanda-tanda (kebesaran)-Nya ialah Dia menciptakan pasangan-pasangan untukmu dari jenismu sendiri agar kamu cenderung dan merasa tenteram kepadanya, dan Dia menjadikan di antaramu rasa kasih dan sayang…” (QS. Ar-Rum: 21)

Ayat ini bukan hanya berbicara tentang cinta, tapi tentang ketenangan yang hanya bisa hadir jika hubungan itu dibangun atas dasar iman dan kasih sayang.

“Bagaimana jika seseorang sudah siap menikah, namun orang tuanya belum mengizinkan karena kakaknya belum menikah?”

hHal seperti ini tidaklah dibenarkan. Menunda atau menghalangi seseorang yang sudah siap menikah tanpa alasan syar’i adalah bentuk kezaliman. Jodoh bukan urusan siapa yang lebih tua, tetapi siapa yang sudah Allah tetapkan waktunya.

Karena bila terlalu lama ditunda, bisa jadi godaan semakin kuat, dan yang ditakutkan, seseorang justru tergelincir dalam maksiat. Maka prinsipnya jelas: siapa yang telah siap lahir dan batin, maka ia berhak untuk dipersiapkan menuju pernikahan tanpa harus menunggu.

Percayalah, jodoh itu bukan tentang cepat atau lambat. Tapi tentang siapa yang paling siap menyambut takdir Allah dengan hati yang bersih dan niat yang lurus. (KH. Abdullah Gymnastiar)