Aa Gym: Tetap Berhusnuzdon dengan Orang Lain
DAARUTTAUHIID.ORG | Seringkali kita terlalu cepat menghakimi para perokok, seolah mereka adalah pelaku kesalahan yang sadar dan sengaja menjerumuskan dirinya sendiri.
Padahal, banyak di antara mereka yang sebenarnya ingin berhenti, namun tidak semudah itu melawan kecanduan yang telah mengakar dalam otak dan tubuh mereka. Rokok bukan hanya kebiasaan, tapi juga jerat adiktif yang secara biologis memengaruhi sistem saraf, menciptakan ketergantungan yang kuat.
Kita perlu melihat para perokok dengan sudut pandang yang lebih empatik, bukan cemooh. Lihatlah bagaimana mereka kadang duduk sendiri, mengisap dan menghembuskan asap dalam rutinitas yang tampak kosong. “Sedot-tiup, sedot-tiup,” kata Aa Gym dalam sebuah tausiyahnya, menggambarkan betapa mekanis dan menyedihkannya kebiasaan itu.
Wajah-wajah perokok jarang menunjukkan kebahagiaan sejati. Di balik kepulan asap itu, mungkin tersimpan rasa malu, penyesalan, dan konflik batin yang tidak bisa mereka ungkapkan dengan mudah.
Bayangkan seseorang yang sedang terjebak dalam kubangan lumpur: ia sadar bahwa ini bukan tempatnya, bahwa ini kotor dan tidak layak, tapi ia belum cukup kuat untuk keluar.
Begitu pula peroko banyak di antara mereka sadar akan bahayanya, baik bagi diri sendiri maupun keluarga, terutama anak-anak. Namun untuk berhenti, mereka butuh lebih dari sekadar niat; mereka butuh dukungan, pemahaman, dan bimbingan.
Jadi, daripada mencibir, mari kita doakan dan dukung mereka agar bisa keluar dari kebiasaan ini. Karena dalam hati kecilnya, mereka pun ingin bebas. Bebas dari asap, bebas dari rasa bersalah, dan bebas untuk hidup lebih sehat bersama orang-orang yang mereka cintai.