Memaknai Peristiwa Hijrah Dalam Islam
DAARUTTAUHIID.ORG | Salah satu peristiwa yang fenomenal pada pergantian tahun hijriyah ialah hijrahnya Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wasssalam dari Mekah ke Madinah.
Hijrah dapat dimaknai sbergerak dari satu tempat ke tempat lainnya. Hijrah mempunyai sisi spiritual dalam perpindahan yang dilakukan, di mana seseorang berniat untuk menjadi pribadi yang lebih baik, dengan mengubah perilaku dan mental, dengan semangat Islam.
Sederhanannya ialah hijrah dapat mengubah seseorang yang tadinya lesu jadi tersenyum, patah hati menjadi semangat dan lebih optimis, dari tersesat menuju jalan yang lurus.
Konteks hijrah pertama kali dilakukan oleh Rasulullah dari Mekah ke Madinah. Pada saat itu Umat Muslim hidup dalam keadaan yang sangat sulit di Mekkah, penuh dengan tekanan dan ancaman dari kaum Quraisy yang selalu berusaha untuk menghentikan syiar Nabi Muhammad. Kaum Quraisy sangat khawatir Islam semakin besar dan menggeser posisi kaum Quraisy di Mekkah.
Situasi tersebut yang menuntut kaum muslimin harus hijrah dari Mekah. Peristiwa tersebut sebagaimana yang disebutkan dalam firman Allah Ta’ala.
“Sesungguhnya orang-orang yang beriman, orang-orang yang berhijrah dan berhijrah di jalan Allah, mereka itu mengharapkan rahmat Allah, dan Allah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang.” (QS Al-Baqarah: 218).
Makna hijrah dapat juga dipahami sebagai tekad untuk mengubah diri menjadi lebih baik karena Allah Ta’ala. Seseorang dapat dikatakan hijrah apaibila telah meninggalkan hal yang buruk dan menuju hal baik.
Hijrah yang dilakukan oleh kaum muslimin dari Mekkah ke Madinah merupakan perjalanan yang cukup panjang. Melalui baiat aqabah dengan jeda waktu satu tahun, mengirim dua sahabat untuk berdakwah di kota Yastrib, hingga masyarakat Madinah menjadi siap menerima kedatangan umat Islam yang pindah dari Mekkah.
Untuk memaksimalkan diri pada bulan Muharram, maka dianjurkan melakukan berbagai amalan kebaikan. Hal ini sebagaimana disabdakan Rasullulah Shallallahu ‘alaihi wassalam bersabda:
“Aku dan orang yang menanggung anak yatim (kedudukannya) di surga seperti ini,” kemudian beliau shallallahu ‘alaihi wa sallam mengisyaratkan jari telunjuk dan jari tengah beliau shallallahu ‘alaihi wa sallam, serta agak merenggangkan keduanya” (HR. Bukhari).
Semoga tahun baru bisa menjadi refleksi bagi kita untuk menjadi pribadi yang baik dan bermanfaat bagi orang lain.