Meneladani Sosok Rabi’ah al-Adawiyah Dalam Hidup

DAARUTTAUHIID.ORG | Salah satu kisah yang ditulis Abdurrahman Ahmad As-Sirbuny dalam karya 198 Kisah Haji Wali-Wali Allah  yaitu kisah sosok Rabi’ah al-Adawiyah. Ia merupakan teladan dalam zuhud dan penghambaan kepada Sang Pencipta. Sepanjang hidupnya, ia mengabdikan diri semata karena Allah Ta’ala.

Rabi’ah berasal dari keluarga miskin di Basrah. Ia adalah anak keempat dari empat bersaudara. Di masa pertumbuhannya, ayah dan ibunya meninggal dunia, sehingga ia menjadi yatim piatu.

Ketika bencana kelaparan menimpa wilayah Basrah, Rabi’ah terpisah dari ketiga saudara yang merupakan kakak-kakanya. Suatau saat seorang penjahat menangkapnya dan menjualnya sebagai budak seharga enam dirham.

Rabi’ah dipekerjakan dengan kasar oleh tuannya hingga tangannya terkilir, Rabi’ah menangis sambil berkata lirih:

“Ya Allah, aku adalah orang asing di negeri ini, tidak memiliki ayah ibu. Aku laksana tawanan yang tidak berdaya, sedang tanganku cedera. Namun, semua itu tidak membuatku bersedih hati. Satu-satunya yang kuharapkan adalah dapat memenuhi kehendak-Mu dan mengetahui apakah Engkau berkenan atau tidak.”

Tiba-tiba terdengar bisikan di telingannya:

“Rabi’ah, janganlah engkau berduka. Di kemudian hari engkau dimuliakan sehingga malaikat-malaikat iri kepadamu.”

Semenjak itu, Rabi’ah menghabiskan siang harinya untuk bekerja sembari berpuasa, sedangkan malamnya untuk berdoa kepada Allah Ta’ala. Rabi’ah terus berdoa kepada Allah Ta’ala, memasrahkan takdirnya, hingga sang majikan membebaskannya.

Setelah bebas, Rabi’ah berangkat menunaikan haji dengan kepayahan, tetapi ia terus berdoa. Allah  Ta’ala pun memudahkan setiap rintangan di jalan hingga mengantarkan sampai ke Makkah.

Suatu ketika Rabi’ah yang sudah tua renta memasrahkan dirinya untuk dicabut nyawanya. Kemudian para sahabat menutup kamarnya dan meninggalkannya seorang diri, terdengar suara Rabi’ah, “Wahai jiwa yang damai, kembalilah kepada Tuhanmu dengan berbahagia.” Beberapa waktu kemudian, tidak terdengar suara lagi. Rabi’ah telah kembali menghadap Sang Pencipta.

Sepeninggalannya, ada seseorang yang bermimpi melihat Rabi’ah. Ia pun menanyakan bagaimana saat menghadapi Malaikat Munkar dan Nakir.

Rabi’ah pun menceritakan, malaikat itu menanyainya perihal siapa Tuhannya. Rabi’ah lantas meminta Munkar dan Nakir menemui Tuhannya untuk menyampaikan pesannya.

“Katakan kepada-Nya, di antara jutaan makhluk yang ada, janganlah Engkau melupakan seorang wanita tua yang lemah. Aku hanya memiliki-Mu di dunia yang luas, tidak pernah lupa kepada-Mu, tetapi mengapakah Engkau mengirim utusan sekadar bertanya kepadaku, ‘Siapakah Tuhanmu?’ Ya Allah, jika aku menyembah-Mu karena takut kepada neraka, bakarlah aku di dalam neraka, dan jika aku menyembah-Mu karena mengharapkan surga, campakkanlah aku dari dalam surga, tetapi jika aku menyembah-Mu demi Engkau semata, janganlah Engkau enggan memperlihatkan keindahan wajah-Mu yang abadi kepadaku,” ujar Rabi’ah.