Mengajarkan Anak Menutup Aurat Sejak Dini

DAARUTTAUHIID.ORG | Mengajarkan anak untuk terbiasa menutup aurat sebenarnya bukan soal pakaian semata, akan tetapi tentang bagaimana kita menanamkan rasa malu yang baik, rasa hormat pada diri sendiri, dan cinta kepada ajaran Allah sejak dini. Proses tersebut tidak dimulai dari nasihat tetapi dari teladan.

Anak-anak adalah peniru ulung. Mereka merekam apa yang mereka lihat jauh lebih cepat daripada apa yang mereka dengar. Karena itu, ketika ayah dan ibu terbiasa berpakaian sopan dan menutup aurat dalam keseharian. Teladan seperti ini sering lebih efektif daripada seribu kata.

Setelah itu, orangtua bisa mulai mengajak anak memahami alasannya. Tidak perlu dengan bahasa yang berat. Cukup lewat kalimat-kalimat lembut: “Allah senang kalau kita menjaga diri, kalau kita berpakaian rapi dan sopan, kita terlihat lebih terhormat.”

Anak-anak merespons hal seperti ini jauh lebih baik dibandingkan ceramah panjang. Yang mereka butuhkan hanyalah penjelasan yang masuk akal bagi dunianya yang masih sederhana.

Agar lebih mudah diterima, pastikan pakaian yang menutup aurat itu nyaman bagi mereka. Bahan yang tidak panas, warna kesukaan, atau motif yang lucu bisa membuat anak merasa pakaian itu bagian dari gaya mereka sendiri, bukan sesuatu yang dipaksakan. Kadang hal kecil seperti memilih jilbab bersama atau memberikan baju baru dengan warna favoritnya cukup membuat mereka semangat memakainya.

Tidak perlu memaksa anak langsung berubah total. Biarkan mereka belajar pelan-pelan. Hari ini membiasakan baju yang rapi, besok mencoba jilbab pendek saat keluar rumah, lusa menambah kaos kaki, sedikit demi sedikit. Ritme seperti ini justru yang membentuk kebiasaan kuat.

Lingkungan rumah juga memegang peran besar. Jika seluruh keluarga terbiasa menjaga adab berpakaian, anak tumbuh dengan rasa bangga bahwa menutup aurat adalah bagian dari identitas keluarga, bukan sekadar kewajiban. Kadang saat waktu santai, orangtua bisa menyelipkan cerita tentang tokoh muslimah yang menjaga kehormatan dirinya. Cerita selalu punya cara sendiri menyentuh hati anak.

Dan tentu saja, apresiasi sangat penting. Ketika anak mencoba, meskipun belum sempurna, pujilah usahanya. Misalkan: “MasyaAllah, kamu terlihat manis sekali hari ini, Ibu bangga banget kamu mau coba jilbab baru itu.” Pujian seperti ini membuat hatinya hangat dan ingin terus melakukannya.

Pada akhirnya, membiasakan anak menutup aurat bukan sekadar soal pakaian. Ini tentang membantu mereka tumbuh menjadi pribadi yang tahu bagaimana menghargai diri sendiri dan menjaga kehormatannya. Dan proses itu selalu dimulai dari cinta: cinta orangtua, cinta keteladanan, dan cinta kepada Allah.

Semoga setiap kebaikan yang kita tebarkan menjadi amal jariyah yang terus mengalir. Semoga anak-anak kita tumbuh menjadi generasi yang berakhlak mulia serta bangga dengan identitas keislamannya. Semoga Allah mudahkan setiap usaha baik kita.