Merayu Allah Lewat Karakter: Perjalanan Menjadi Teladan Santri

DAARUTTAUHIID.ORG | BANDUNG — Sosoknya sederhana dan penuh senyum. Tapi siapa sangka, di balik ketenangan wajah M. Abdul Nur Rais, santri SMA DTBS Batam, tersimpan lautan semangat dan ketulusan dalam menjalani kehidupan sebagai pelajar, pemimpin, sekaligus pendakwah muda.

Abdul Nur Rais bukan nama asing di lingkungan DTBS Batam. Ia dikenal sebagai santri yang sering meraih reward karakter BAKU (Baik dan Kuat) dalam berbagai kategori seperti terikhlas, terjujur, tertawadhu, terbaik, hingga terkuat. Namun, bagi Rais, semua penghargaan itu bukan tujuan utama.

“Saya melakukan semua itu bukan karena ingin reward, tapi karena ingin merayu Allah. Saya berusaha mengimplementasikan kebaikan dalam kehidupan sehari-hari, cukup Allah yang tahu,” ujarnya rendah hati, mengutip pesan dari Aa Gym yang terus ia pegang erat: lakukan kebaikan bukan untuk dilihat, tapi untuk dirasakan oleh Allah.

Tak hanya menjadi teladan dalam karakter, Rais juga dipercaya menjadi ketua OSIS, menginisiasi berbagai program bermanfaat yang menjangkau baik lingkungan sekolah maupun masyarakat luas. Di bulan Ramadan lalu, ia aktif mengisi dakwah, serta terlibat dalam program kepedulian terhadap masyarakat dan Palestina.

“Alhamdulillah, saya senang jika bisa bermanfaat. Kalau ustaz atau ustazah meminta tolong, itu artinya saya masih dipercaya. Saya merasa itu juga bentuk latihan agar kelak bisa menjadi orang yang rahmatan lil alamin,” ujar Rais.

Tidak hanya cemerlang dalam kepemimpinan dan karakter, Rais juga menorehkan prestasi akademik dan non-akademik. Ia pernah menjadi santri akademik terbaik, diniyah terbaik, serta aktif mengikuti lomba pidato, Olimpiade Sains Nasional (OSN), hingga kegiatan Pramuka.

Namun, baginya, prestasi bukan sekadar soal angka. “Prestasi itu tidak hanya akademik. Karakter juga penting. Kita bisa belajar dari kitab Ta’lim Muta’alim, bagaimana beradab kepada guru, teman, bahkan kepada tumbuhan. Ilmu tanpa adab tidak akan membawa keberkahan,” tuturnya penuh makna.

Kini, sebagai siswa kelas XI, Rais sadar bahwa dirinya menjadi panutan bagi adik kelas. Maka, ia terus menjaga akhlak dan pola hidup agar dapat menjadi contoh yang baik. “Setiap orang pasti punya sisi jelek. Tapi saya ingin setiap hari jadi lebih baik dari kemarin,” ujarnya menutup percakapan.

Kisah Abdul Nur Rais adalah bukti nyata bahwa prestasi sejati bukan hanya soal juara, melainkan tentang bagaimana kita menjadi manusia yang baik, kuat, dan bermanfaat bagi sesama, terutama di hadapan Allah SWT. (Dian Safitri)

Redaktur: Wahid Ikhwan


DAARUTTAUHIID.ORG