Sejarah dan Orang Pertama Kali Berhaji
DAARUTTAUHIID.ORG | Perintah ibadah haji merupakan bagian dari rukun Islam yang dianjurkan bagi orang yang mampu. Mampu dari hal biaya, fisik, dan waktu. Waktu Ibadah haji hanya dilaksanakan setahun sekali, yaitu bertepatan pada bulan Dzulhijjah, dan di Tanah Suci Mekkah.
Sebagai seorang muslim, hendaknya mengetahui bagaimana sejarah awal mulanya perintah haji, sebagai penguat keimanan dan ghairoh dalam menunaikan ibadah haji. Bagaimana awal perintah haji dalam sejarah Islam?
Perintah haji pertama kali turun pada masa Nabi Ibrahim, tepatnya ketika Kakbah selesai dibangun. Setelah Nabi Ibrahim dan Nabi Ismail menyelesaikan amanat dari Allah untuk membangun Kakbah, turunlah perintah untuk menyeru manusia melaksanakan ibadah haji ke Mekkah.
Hal termaktum dalam Al Quran surat Al-Hajj ayat 27, yang artinya berbunyi:
“Dan serula manusia untuk mengerjakan haji, niscaya mereka akan datang kepadamu dengan berjalan kaki, atau mengendarai setiap unta yang kurus, mereka datang dari segenap penjuru yang jauh.”
Imam Ath-Thabari meriwayatkan dari Ibnu Abbas bahwa pasca mendapat perintah tersebut, Nabi Ibrahim berkata, “Wahai Tuhanku, suaraku tidak mampu memanggil hingga jauh.”
“Serulah! Aku yang akan menyampaikan,” jawab Allah.
Benar saja, ketika Nabi Ibrahim menyeru, semua makhluk yang ada di bumi dan langit mendengar seruannya.
Dalam riwayat lain yang disampaikan oleh Ubaid bin Umair al-Laitsi berkata: “Riwayat yang sampai kepadaku mengatakan bahwa setelah Nabi Ibrahim dan Nabi Ismail meninggikan bangunan Kakbah hingga selesai, turunlah perintah untuk melaksanakan haji. Nabi Ibrahim kemudian menghadap ke Yaman dan menyeru manusia untuk beribahdah kepada Allah dan berhaji ke rumah-Nya. Kemudian terdengar jawaban, ‘Labbaik allahumma labbaik’. Lalu Nabi Ibrahim menghadap ke barat untuk menyeru dan mendapatkan jawaban yang sama.”
Setelah wafatnya Nabi Ibrahim dan Nabi Ismail, banyak dari rangkian tata cara dan tujuan ibadah haji banyak diubah oleh bangsa Arab. Kemudian tradisi menyimpang tersebut diperbaharui kembali oleh Nabi Muhammad Shallalahu ‘alahi wassalam, sebagai Rasullulah terakhir. Nilai-nilai tauhid senantiasa tunduk dan patuh kepada Allah, kembali ditekankan.