Siapakah Orang yang Dikatakan Bangkrut di Akhirat Kelak?
DAARUTTAUHIID.ORG | Dalam suatu hadits yang diriwayatkan oleh Abu Hurairah RadiyaAllahu ‘anhu, Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wassalam pernah menyampaikan gambaran tentang orang yang akan mengalami kebangkrutan sejati di hari kiamat. Bukan karena tidak punya uang atau harta benda, tetapi karena amal ibadah seseorang yang tidak bisa menyelamatkan dari kehancuran disebabkan perbuatan zdalim yang dilakukan kepada orang lain.
Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wassalam pernah bertanya kepada para sahabat, “Tahukah kalian siapa orang yang benar-benar bangkrut?” Para sahabat menjawab sesuai pemahaman umum mereka, yaitu orang yang tidak punya uang maupun barang dagangan. Namun, Nabi kemudian meluruskan anggapan tersebut.
Beliau menjelaskan bahwa orang yang bangkrut sejatinya adalah seseorang yang pada hari kiamat datang dengan membawa pahala salat, puasa, dan zakat, namun ia juga telah berbuat zalim kepada orang lain: mencaci, menipu, merampas hak, bahkan menyakiti atau membunuh. Maka dari itu, semua kebaikannya akan dikurangi sebagai bentuk pembayaran atas kezaliman yang telah dilakukannya. Jika pahala telah habis sebelum seluruh tuntutan tuntas, dosa orang yang dizalimi akan dipindahkan kepadanya. Akhirnya, ia pun dilemparkan ke dalam neraka. (HR Muslim dan Tirmidzi)
Pesan ini sangat tegas: ibadah ritual saja tidak cukup jika seseorang tidak menjaga hubungan sosial dan tidak menjauh dari perbuatan zalim. Seperti yang dijelaskan oleh Ahmad Zacky El-Syafa dalam bukunya Nikmatnya Ibadah, amal saleh bisa sirna apabila seseorang menyakiti orang lain dan tidak meminta maaf atau memperbaiki kesalahannya selama hidup.
Imam Nawawi juga menegaskan bahwa kebangkrutan akhirat bukan tentang miskin harta, melainkan kehilangan pahala karena harus membayar kerugian orang lain akibat perbuatan zalim yang dilakukan selama hidup.
Hadits lain yang diriwayatkan oleh Abdullah bin Mas’ud RadiyaAllahu ‘anhu menunjukkan bahwa di hari kiamat, perkara pertama yang akan diputuskan adalah persoalan darah atau nyawa manusia. Ini menandakan betapa seriusnya kejahatan antarindividu dalam pandangan Islam.
Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wassalam juga mengingatkan, sebagaimana disebut dalam hadits dari Abu Hurairah, bahwa siapa pun yang pernah menzalimi saudaranya, baik dalam bentuk pelanggaran kehormatan maupun materi, sebaiknya segera menyelesaikan hal itu di dunia. Sebab di akhirat kelak, harta tak lagi berguna, dan pembayaran hanya bisa dilakukan dengan pahala atau menanggung dosa orang lain. (Arga)