Tedhi Setiadhi Raih Gelar Doktor di UIN SGD Bandung
DAARUTTAUHIID.ORG | Perjuangan panjang Tedhi Setiadhi dalam menapaki jenjang akademik akhirnya membuahkan hasil membanggakan. Ia resmi meraih gelar Doktor bidang Studi Agama-Agama di Pascasarjana UIN Sunan Gunung Djati (SGD) Bandung setelah berhasil mempertahankan disertasinya dalam sidang terbuka yang digelar di Aula Lantai 4 Gedung Pascasarjana, Kampus 2 Jalan Soekarno-Hatta, Bandung, Rabu (20/8/2025).
Disertasinya yang berjudul “Konstruksi Sosial tentang Persepsi Masyarakat terhadap Poligami di Indonesia: Perspektif Studi Agama dan Media” mengantarkan Tedhi meraih predikat yudisium sangat memuaskan dengan IPK 3,50. Ia tercatat sebagai doktor ke-1.024 yang diluluskan Pascasarjana UIN SGD Bandung dan doktor ke-225 khusus di bidang Studi Agama-Agama.
Dalam penelitiannya, Tedhi menekankan bahwa persepsi masyarakat terhadap poligami saat ini tengah mengalami proses dekonstruksi. Pergeseran pandangan tersebut dipengaruhi oleh interaksi wacana keagamaan yang beragam, intensitas pemberitaan media, penguatan regulasi negara, serta perubahan nilai dalam masyarakat. Akibatnya, poligami yang dahulu lebih banyak diterima secara normatif kini dipandang sebagai isu kontroversial yang ditimbang berdasarkan prinsip kesetaraan, keadilan, dan kepatuhan hukum.
Tedhi mengidentifikasi tiga mekanisme utama dalam proses dekonstruksi ini, yakni reinterpretasi nilai agama, reframing media, dan intervensi regulasi negara. Menurutnya, dinamika ini menjadi tanda lahirnya konfigurasi baru makna sosial tentang poligami di Indonesia.
Selain temuan tersebut, Tedhi juga menyampaikan sejumlah implikasi penting dari penelitiannya:
- Pendekatan interdisipliner. Fenomena poligami perlu dipahami dengan mengintegrasikan kajian agama, sosiologi, dan media agar diperoleh gambaran yang lebih komprehensif.
- Pentingnya literasi media. Persepsi masyarakat mengenai poligami sangat dipengaruhi framing media dan wacana agama, sehingga literasi media diperlukan agar masyarakat lebih kritis menyikapinya.
- Edukasi publik. Pemerintah bersama lembaga keagamaan perlu memberikan pemahaman yang lebih tepat mengenai isu poligami untuk menghindari bias dan diskriminasi, terutama terhadap perempuan.
Dengan keberhasilan ini, Tedhi Setiadhi tidak hanya menorehkan prestasi akademik, tetapi juga menghadirkan kontribusi pemikiran yang relevan bagi akademisi, masyarakat, hingga pembuat kebijakan dalam memahami isu poligami secara lebih adil dan kritis.