Mengenal Sosok Budak yang Menjadi Mahkamah Agung

[DAARUTTAUHIID.ORG]- Salah satu sosok yang disebutkan dalam Al-Quran adalah Luqman Al-Hakim, sosok ayah yang bijaksana. Siapa yang mengira dalam surat yang sama, terkandung kisah perjalanan diri yang tak kalah mengagumkan, dari seorang budak dengan kondisi fisik yang dipersepsi oleh kita, bukan sosok menarik. Namun, dengan hikmah-Nya, ia sampai pada posisi mulia, hakim agung.

Dalam Surat Luqman ayat 12 Allah Ta’ala berfirman:
Sungguh, Kami telah memberikan hikmah kepada Lukman, yaitu, “Bersyukurlah kepada Allah! Barang siapa bersyukur kepada Allah, maka sesungguhnya ia bersyukur untuk dirinya sendiri dan barang siapa tidak bersyukur, maka sesungguhnya Allah Mahakaya, Maha Terpuji.”

Luqman Al-Hakim berasal dari Habasyah atau Mesir atau Sudan, begitu pendapat beberapa ulama. Belum ada kesepakatan, namun yang jelas, dari Afrika. Sebagaimana orang Afrika, Kata Ibnu Jarir, secara fisik beliau berkulit hitam, hidungnya juga lebar, bertelapak kaki lebar, dan berubuh pendek. 

Pekerjaannya gembala kambing karena dia hamba sahaya. Setelah sekian lama menjadi hamba sahaya, ia dimerdakakan dan menjadi tukang kayu (tukang bangunan). 

Dari kondisi tersebut, kita dapat mengabil hikmah, jangan minder, jangan malu dengan nasib yang menjadi takdir Allah Ta’ala atas diri kita. Ketahuilah, Allah Ta’ala mengangkat derajat karena ke-sholehan seseorang. 

Kemudian, di masa mendatang, Luqman menjadi Qadhi, kalau sekarang jadi hakim agung. Mengapa bisa seperti itu?  Ia tak memperoleh wahyu, memperoleh Al-Hikmah, ilmu, dan akhlakul karimah. 

Kuncinya, Luqman tidak pernah berhenti belajar. Meski hamba sahaya, tidak berkecil hati, tidak minder untuk belajar. Karenanya, kita jangan malu dan menyerah dalam mencari ilmu. Selain itu, Luqman selalu berkata jujur. 

Perilaku itu kontradiktif dengan “budaya” yang terbangun sekarang, seolah segala raihan harus diperoleh dengan kebohongan, dengan suap, dengan mendaku apa yang belum tercapai atau belum dilakukan. 

Kemudian, Luqman lebih banyak meilih diam kecuali untuk mengatakan yang benar. Tak ketinggalan, dia juga tak pernah banyak terlibat memikirkan orang lain. Semakin banyak tahu urusan orang lain, banyak ghibah. Untuk itu, jangan mau tahu urusan orang lain. Namun, bukan berarti menjadi individualis, cuek pada urusan orang lain. Tetap jaga silaturahmi. 

Terakhir, ajaran yang sangat dalam dari Luqman, ialah senantiasa bersyukur sehingga nikmat terus Allah Ta’ala tambah. Kisah mengenai Luqman ini, kata beberapa ulama, Allah Ta’ala sampaikan langsung dalam firmannya. Pasalanya, para ulama kesulitan menemukan riwayat-riwayat seputar masa sebelum Nabi Muhammad Shallahu ‘alaihi wassalam  Karenanya, butuh panduan Al-Qur’an.