Pentingnya Memahami Akhlak Sebelum Ilmu

DAARUTTAUHIID.ORG | Dalam tradisi Islam, ilmu selalu ditempatkan pada posisi yang sangat mulia. Al-Qur’an berulang kali memuji orang-orang berilmu, bahkan wahyu pertama yang diturunkan adalah perintah membaca (Iqra). Namun, sejarah juga mencatat bahwa ilmu yang tidak dibarengi dengan akhlak bisa menimbulkan kerusakan besar.

Ilmu ibarat pedang bermata dua. Jika digunakan dengan akhlak mulia, ia akan menjadi cahaya penerang, penuntun jalan kebaikan, dan solusi bagi umat manusia. Namun jika dipisahkan dari akhlak, ilmu dapat berubah menjadi alat kesombongan, penindasan, bahkan kehancuran. Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wassalam mengingatkan:

“Sesungguhnya yang paling aku takutkan atas kalian adalah seorang alim yang fasik.” (HR. Ahmad).

Di era modern, kita bisa melihat orang-orang dengan kecerdasan luar biasa, menguasai teknologi, ekonomi, dan politik. Tetapi tanpa akhlak, kecerdasan itu justru menimbulkan kesenjangan, korupsi, manipulasi, bahkan kerusakan lingkungan.

Teknologi yang seharusnya memudahkan hidup sering dipakai untuk menyebar hoaks, merusak moral generasi muda, atau memperparah konflik.

Pendidikan Islam sejatinya tidak hanya melahirkan manusia pintar, tetapi juga manusia berakhlak. Imam al-Ghazali menekankan bahwa tujuan utama menuntut ilmu adalah mendekatkan diri kepada Allah dan memberi manfaat kepada sesama.

Oleh karena itu, setiap lembaga pendidikan harus menjadikan akhlak sebagai inti kurikulum, bukan sekadar tambahan. Ilmu tanpa akhlak adalah bahaya besar bagi individu maupun masyarakat.

Oleh sebab itu, setiap Muslim yang menuntut ilmu harus selalu menghiasi dirinya dengan akhlak mulia. Sebagaimana kata pepatah, “Ilmu tanpa akhlak ibarat pohon tanpa buah.”