Bagaimana Pandangan Islam Mempercayai Ramalan?
DAARUTTAUHIID.ORG | Di tengah arus kehidupan modern, kepercayaan terhadap ramalan masih banyak dijumpai. Para peramal mengklaim memiliki kemampuan mengetahui hal-hal gaib, seperti nasib karier, jodoh, maupun rezeki seseorang. Tidak sedikit orang yang kemudian menjadikan ucapan mereka sebagai pedoman hidup. Namun, bagaimana pandangan Islam apakah diperbolehkan atau justru terlarang?
Dalam kitab Pengantar Studi Aqidah Islam, Prof. Dr. Umar Sulaiman Al-Asyqar menjelaskan bahwa mempercayai ramalan adalah haram dan berpotensi menjerumuskan pada syirik. Seseorang yang mendatangi dukun atau peramal untuk mencari tahu peristiwa gaib, termasuk orang yang merugi.
Hal ini ditegaskan dalam Al-Qur’an surah Al-Jin ayat 26–27, bahwa ilmu gaib hanya milik Allah dan tidak diberikan kepada siapa pun kecuali para rasul yang diridai-Nya. Dengan demikian, keyakinan bahwa manusia dapat mengetahui perkara gaib bertentangan dengan akidah Islam.
Islam menegaskan bahwa sekadar mendatangi atau membaca ramalan, meskipun tanpa mempercayainya, tetap dilarang. Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wassalam bersabda:
“Barang siapa yang mendatangi tukang ramal, maka salatnya selama 40 hari tidak diterima.” (HR. Muslim)
Lebih jauh, jika seseorang meyakini ucapan peramal, maka ia dianggap telah mengingkari Al-Qur’an. Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wassalam bersabda:
“Barangsiapa yang mendatangi dukun atau tukang ramal lalu membenarkan ucapannya, maka ia telah kafir terhadap Al-Qur’an yang diturunkan kepada Muhammad.” (HR. Ahmad)
Menurut Prof. Umar Sulaiman Al-Asyqar, ramalan yang tampak sesuai dengan kenyataan biasanya hanyalah hasil rekayasa. Peramal sering menggunakan kalimat-kalimat umum dan multitafsir, sehingga mudah dipadupadankan dengan situasi apa pun.
Rasulullah juga menjelaskan bahwa sebagian informasi yang disampaikan peramal hanyalah serpihan kabar yang dicuri jin dari langit, kemudian dicampur dengan kebohongan. Maka, walaupun kadang terkesan benar, ramalan sama sekali tidak bisa dijadikan pedoman hidup seorang muslim.
Percaya pada ramalan berisiko menyeret seseorang pada syirik, yakni menyekutukan Allah dengan selain-Nya. Dalam buku Dosa-dosa Besar karya Mutawalli Sya’rawi disebutkan bahwa syirik adalah dosa yang paling besar dan tidak diampuni Allah Ta’ala.
Allah menegaskan dalam surah An-Nisa ayat 116:
“Sesungguhnya Allah tidak akan mengampuni dosa mempersekutukan-Nya, dan Dia mengampuni dosa selain itu bagi siapa yang Dia kehendaki. Barang siapa mempersekutukan Allah, maka sungguh ia telah tersesat sejauh-jauhnya.”
Dengan demikian, jelas bahwa Islam melarang segala bentuk kepercayaan terhadap ramalan. Seorang muslim harus meyakini bahwa hanya Allah yang mengetahui perkara gaib, dan menyerahkan sepenuhnya urusan hidup kepada-Nya. (Arga)