Bersabar dengan Ujian Sakit yang Menimpa Diri

DAARUTTAUHIID.ORG | Rasa sakit adalah bagian dari kehidupan yang tidak bisa dihindari. Setiap manusia pasti pernah merasakannya, baik sakit fisik maupun batin. Dalam pandangan Islam, sakit bukan sekadar penderitaan, melainkan sebuah ujian yang mengandung hikmah dan kebaikan apabila disikapi dengan sabar.

Al-Qur’an menegaskan bahwa manusia pasti diuji dengan berbagai cobaan, termasuk rasa sakit. Allah Ta’ala  berfirman dalam QS. Al-Baqarah ayat 155 bahwa manusia akan diuji dengan rasa takut, lapar, kekurangan harta, jiwa, dan buah-buahan, lalu Allah memberikan kabar gembira kepada orang-orang yang sabar.

Ayat ini menunjukkan bahwa rasa sakit adalah salah satu cara Allah menguji keimanan dan keteguhan hati hamba-Nya. Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wassalam juga memberikan penghiburan bagi orang-orang yang sedang sakit.

Dalam sebuah hadis disebutkan bahwa tidak ada seorang muslim pun yang ditimpa penyakit, kelelahan, kesedihan, atau bahkan duri yang menusuk tubuhnya, melainkan Allah akan menghapus sebagian dari dosanya.

Sakit yang dialami seorang mukmin bukanlah sia-sia. Setiap rasa nyeri dan perih yang dirasakan justru menjadi wasilah pengampunan dosa serta peluang untuk meraih derajat yang lebih tinggi di sisi Allah.

Kesabaran dalam menghadapi sakit merupakan akhlak mulia yang dicontohkan para Nabi. Salah satu teladan terbaik adalah Nabi Ayyub `alaihis salam yang diuji dengan penyakit berat selama bertahun-tahun, namun tetap istiqamah dalam kesabaran, tidak berhenti berdoa, dan senantiasa bersyukur.

Dari kisah beliau, kita belajar bahwa kesabaran dalam sakit bukan hanya menerima takdir, melainkan juga meyakini adanya kasih sayang Allah di balik ujian tersebut. Dalam praktik sehari-hari, kesabaran saat sakit bisa diwujudkan dengan beberapa cara.

Pertama, menyadari bahwa sakit adalah bagian dari takdir Allah dan pasti mengandung hikmah. Kedua, memperbanyak doa dan dzikir agar hati tetap tenang. Nabi Ayyub berdoa dengan penuh kepasrahan:

“Ya Tuhanku, sesungguhnya aku telah ditimpa penyakit, dan Engkau adalah Tuhan Yang Maha Penyayang di antara semua penyayang.” (QS. Al-Anbiya: 83).

Ketiga, menghindari keluhan berlebihan yang hanya menambah beratnya ujian. Dan keempat, tetap berusaha berobat serta berikhtiar, karena kesabaran tidak berarti pasrah tanpa usaha.

Sakit memang bukan hal yang mudah untuk dijalani, tetapi bagi seorang mukmin, ia adalah kesempatan untuk semakin dekat dengan Allah. Rasa sakit dapat membersihkan dosa, mendidik jiwa agar lebih kuat, serta mengingatkan kita bahwa hidup ini hanyalah perjalanan menuju Allah. (Arga)