Mendidik Anak Menjadi Shaleh Merupakan Amal Jariyah
DAARUTTAUHIID.ORG | Setiap orang tua pasti punya satu harapan besar dalam hidupnya yaitu memiliki anak yang shaleh. Anak yang bukan hanya membanggakan di dunia, tapi juga menjadi penyambung pahala di akhirat. Sebab, doa dan amal anak shaleh adalah hadiah yang terus mengalir untuk kedua orang tuanya, bahkan setelah mereka tiada.
Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wassalam pernah bersabda:
“Ketika anak Adam meninggal dunia, maka terputuslah amalnya kecuali tiga hal: sedekah jariyah, ilmu yang bermanfaat, dan anak yang shaleh yang mendoakannya.” (HR. Muslim)
Dari hadits ini, kita belajar bahwa mendidik anak agar menjadi pribadi yang shaleh adalah bentuk sedekah jariyah paling berharga. Setiap doa yang ia panjatkan, setiap kebaikan yang ia lakukan, semuanya akan menjadi aliran pahala bagi orang tuanya.
Keshalihan anak tidak tumbuh begitu saja. Ia lahir dari teladan yang ia lihat setiap hari di rumah.
Anak akan belajar tentang sabar, jujur, dan ikhlas dari bagaimana orang tuanya bersikap.
Kalau orang tua terbiasa shalat tepat waktu, membaca Al-Qur’an, berbicara lembut, dan tidak mudah marah, anak akan meniru itu semua tanpa perlu banyak kata.
Karena sejatinya, keteladanan adalah pendidikan yang paling kuat.
Menjadi anak shaleh bukan hanya soal rajin beribadah, tapi juga berilmu dan berakhlak baik.
Al-Qur’an mengisahkan nasihat Luqman kepada anaknya:
“Wahai anakku, dirikanlah shalat, suruhlah (manusia) mengerjakan yang baik, cegahlah dari yang mungkar, dan bersabarlah atas apa yang menimpamu.” (QS. Luqman: 17)
Ayat ini mengajarkan bahwa keshalihan sejati lahir dari keseimbangan antara iman, ilmu, dan akhlak. Anak yang tahu kebaikan dan mau menyebarkannya akan menjadi cahaya bagi banyak orang.
Mendidik anak itu bukan perjalanan singkat. Ada kalanya kita lelah, kecewa, bahkan merasa gagal.
Namun, ingatlah Nabi Ibrahim ‘alaihi wassalam yang tak pernah berhenti berdoa:
“Ya Tuhanku, anugerahkanlah kepadaku (seorang anak) yang termasuk orang-orang yang saleh.” (QS. Ash-Shaffat: 100)
Keshalihan adalah karunia, bukan semata hasil usaha. Maka, tugas kita adalah berikhtiar sebaik-baiknya dan terus berdoa agar Allah menuntun anak-anak kita di jalan kebenaran.
Kita bisa meninggalkan rumah, tanah, atau harta, tapi semuanya akan berhenti nilainya di dunia.
Yang tak akan pernah berhenti adalah anak yang terus mendoakan orang tuanya, yang melanjutkan kebaikan, dan menjaga nama baik keluarga dengan amalnya.
Mendidik anak menjadi shaleh memang butuh waktu, tenaga, dan kesabaran. Tapi di balik semua itu, tersimpan pahala abadi yang terus mengalir bahkan setelah jasad ini tak lagi bernyawa. (Arga)
