Aa Gym: Menyampaikan Nasihat Harus Paham Ilmunya

DAARUTTAUHIID.ORG Dalam Al-Qur’an surah Al-Asr, ada empat jenis orang yang tidak akan merugi. Salah satunya adalah orang yang menasihati kepada kebenaran.

“Demi masa, sesungguhnya manusia benar-benar berada dalam kerugian, kecuali orang-orang yang beriman dan beramal saleh serta saling menasihati untuk kebenaran dan kesabaran.” (QS. Al-Asr: 1-3)

Memberi nasihat, saran, atau koreksi yang paling tajam sekalipun, adalah amal sholeh. Kita berbagi rezeki, menjadi jalan bagi yang menerimanya untuk memperbaiki diri. Tapi bukan artinya kita bisa seenaknya menasihati orang dengan dalih berbuat kebaikan. Kita harus paham ilmunya dulu.

Orang yang bisa memberi nasihat dengan baik adalah orang yang punya keterampilan menerima nasihat dengan baik. Bagaimana bisa memberi sedangkan tidak pernah menerima?

Orang yang bisa memberi nasihat dengan baik adalah orang yang punya keterampilan menerima nasihat dengan baik. Bagaimana bisa memberi sedangkan tidak pernah menerima?

Aa gym

Kita harusnya tawadhu, bersyukur ketika dinasihati karena segala kritikan adalah petunjuk dari Alloh yang pasti benar. Sakit hati ketika mendapat teguran adalah ciri kesombongan, tidak menyukai kebenaran dan selalu mencari pembenaran.

Sebelum melihat nasihat, lihat diri sendiri. Apakah yang akan kita sampaikan sudah ada pada diri kita? Tidak mungkin jika kita ingin jadi jalan perubahan sedangkan kita sendiri tidak serius merubah diri. Jangan sampai kita meminta orang lain jujur, sedangkan kita belum jujur dan sering berbohong.

Tidak ada kebenaran yang tersembunyi dari Alloh. Alloh tahu siapa orang tua yang mengajak orang agar selalu ke masjid, padahal dia malas untuk bersegera ke masjid setiap masuk waktu shalat.

Memberi nasihat harus dengan niat yang benar, yaitu ikhlas, Lillahi Ta’ala. Memberi nasihat berarti memberikan jalan bagi Alloh memberikan hidayah dan taufiq kepada hamba-Nya, bukan merubah orang menjadi lebih baik.

Kalau di hati kita ada kebusukan, ingin kelihatan lebih berilmu, ingin dipuji orang lain, tidak ada nilainya usaha kita.

Memberi nasihat harus sopan. Biasakan memberi kritik secara pribadi dan diam-diam. Kalau di depan orang banyak, orang yang ditegur akan merasa dipermalukan dan disudutkan.

Kemudian nasihat itu disampaikan dengan lemah lembut dan kalimat yang tidak menjatuhkan. Kita lebih memerlukan motivator dibanding yang menghakimi.

Memberi nasihat harus disertai dengan do’a dan sabar. Kita yang memberi nasehat, tapi kapan atau bagaimana orang berubah itu terggantung Alloh. Dan jika orang sudah berubah, jangan ada ujub.

Jangan merasa kita telah berjasa. Bangun masjid di daerah terpencil, tapi merasa kita berjasa telah membangunnya maka hilang pahalanya. Semua perubahan adalah karena Alloh. Wallahu a’lam bishowab.

(KH. Abdullah Gymnastiar)

Redaktur: Wahid Ikhwan

_____________________________________________

DAARUTTAUHIID.ORG