Aa Gym: Tamak Adalah Bibit Kehinaan

DAARUTTAUHIID.ORGKetahuilah bahwa kehinaan itu akan terus berkembangbiak selama bibitnya tidak dikendalikan dan tidak diatasi. Bibitnya adalah ketamakan atau kerakusan.

Jadi kehinaan itu datang dari kerakusan, kemudian berkembangbiak menjadi perbuatan atau perilaku yang hina. Sedangkan kebahagian itu datang dari sikap yang Qanaah.

Orang-orang yang Qanaah adalah orang yang merasa puas dengan pemberian Alloh Ta’ala dan sibuk mensyukuri apa yang di beri Alloh.

Bukan tidak boleh memiliki keinginan, tetapi keinginan akan merusak kepuasan hati seseorang jika tidak bisa mengendalikan keinginan. Artinya keinginan dapat merusak rasa syukur seorang hamba.

Dari Abu Bakar Al-Wara’ Al-Hakim berkata: “Andai saja sifat tamak itu bisa ditanya, “siapakah ayahmu?” maka ia akan menjawab: “ragu terhadap takdir Allah”.

Jadi orang yang tamak disebabkan karena kekurangan iman, dia ragu bahwa Allah yang Maha Memiliki segalanya yang sangat mengetahui keperluan kita.

Kita tidak menyadari bahwa selama ini kita bisa hidup kareanAllah yang mencukupi segala keperluan kita, kelihatannya sedikit yang kita dapatkan, tetapi karunia Alloh itu begitu besar diberikan kepada kita.

Alloh pasti memberi rezeki kepada setiap hambanya, tidak ada satu manusia pun yang diciptakan yang tidak dijamin rezekinya, baik yang kafir maupun yang muslim.

Misalkan gaji kita yang sama, tapi coba kita lihat, ada yang bahagia dan ada juga yang menderita. Yang membedakannya ialah merasa puas atau tidak, merasa cukup atau tidak atas rezeki yang didapat.

Kalau sibuk dengan memikirkan yang tidak ada, sehingga merasa tidak puas bahkan kecewa kepada Alloh Ta’ala. Jadi ada orang miskin yang menderita dan ada juga yang miskin tidak menderita.

Kita harus mampu memahami konsep rezeki, bahwa rezeki tidak selalu sesuai dengan apa yang kita ikhtiarkan, ada yang ikhtiarnya biasa-biasa saja tapi rezekinya banyak.

Ada juga yang ikhtiarnya habis-habisan all out mengeluarkan segala tenaga tapi hasilnya begitu-begitu saja. Baik pintar atau tidak pintar, dan sholat atau tidak sholat, Allah yang menentukan rezekinya.

Jadi kesimpulannya mengenai bab rezeki ialah dikembalikan pada Allah yang menentukan dan memberi, dan tidak bisa dintervensi.

Sebagai orang yang beriman, biasa saja melihat dunia ini, jangan terlalu silau atau terpesona dan terkagum-kagum terhadap dunia ini, seperti rumah, jam, mobil bermerek dan lain-lainnya. Agar kita tidak diperbudak oleh kemegahan dunia yang hanya sementara ini. (KH. Abdullah Gymnastiar)

Redaktur: Wahid Ikhwan


DAARUTTAUHIID.ORG