Agar Tidak Sakit Hati

Umumnya manusia ketika dihina oleh orang lain, akan merespon dengan menampakkan rasa kesal, marah, atau bahkan menghina balik orang tersebut. Padahal jika kita melihat kisah-kisah Nabi Muhammad shallallahu ‘alayhi wassallam beliau tidak pernah menampakkan kekesalan atau bahkan membalas orang-orang kafir yang menghinanya, padahal beliau adalah orang yang mulia, tidak ada kehinaan pada diri beliau. Sedangkan diri kita yang terlahir boleh jadi dengan kehinaan-kehinaan yang disebabkan oleh perilaku kita sendiri, ketika ada orang lain yang menghina kita akan menampakkan kekesalan dan marah. 

Padahal orang lain yang menghina itu bukan menjadi urusan kita, tetapi itu urusan orang tersebut, karena mulut yang digunakan menghina adalah mulut orang tersebut. Juga dosa dari menghina orang lain akan menjadi dosa orang tersebut pula. Maka sebetulnya kita tidak akan mendapatkan kerugian apa-apa, kecuali kita dihina di depan umum atau secara terbuka layaknya fitnah. Maka yang menjadi tugas utama kita sebagai orang yang dihina adalah bagaimana kita harus bersikap baik terhadap orang yang telah menghina kita.

Coba kita bandingkan mana hal yang akan merugikan diri kita, apakah menjadi orang yang menghina atau menjadi orang yang dihina? Bersyukurlah ketika ada orang yang menghina kita. Di sisi lain hinaan orang lain bisa menjadi pengingat bagi diri kita, karena boleh jadi kita telah melakukan sesuatu hal yang tidak baik sehingga orang lain mengingatkan kita meskipun dengan cara dihina. Kemudian dari hinaan orang lain juga boleh jadi sebagai penggugur dosa untuk kita jika kita tidak marah dan membalas hinaan orang lain, maka bersabarlah dan bersyukur. Tetapi akan berbeda jika kita malah menjadi orang yang menghina. Bukannya akan menggugurkan dosa, justru yang kita dapat adalah tumpukan dosa-dosa baru karena telah menghina orang lain, na’udzubillahi min dzalik.

مَآ اَصَابَكَ مِنْ حَسَنَةٍ فَمِنَ اللّٰهِ ۖ وَمَآ اَصَابَكَ مِنْ سَيِّئَةٍ فَمِنْ نَّفْسِكَ ۗ وَاَرْسَلْنٰكَ لِلنَّاسِ رَسُوْلًا  ۗ وَكَفٰى بِاللّٰهِ شَهِيْدًا 

“Kebajikan apa pun yang kamu peroleh, adalah dari sisi Allah, dan keburukan apa pun yang menimpamu, itu dari (kesalahan) dirimu sendiri. Kami mengutusmu (Muhammad) menjadi Rasul kepada (seluruh) manusia. Dan cukuplah Allah yang menjadi saksi.” (QS. An-Nisaa’: 79)

Segala sesuatu yang bersifat baik yang kita dapatkan dalam kehidupan adalah dari Allah Ta’ala. Tetapi datangnya keburukan pada diri kita adalah dari sikap buruk yang kita lakukan. Maka ketika kita mendapati sesuatu yang tidak mengenakan kita atau datangnya keburukan kepada kita, yang harus segera kita lakukan adalah segera bertaubat pada Allah Ta’ala. Karena boleh jadi keburukan yang datang pada kita adalah bentuk pengingat bagi diri kita, mungkin kita telah melakukan maksiat dan dosa sebelum-sebelumnya, jangan malah kita sibuk menyalahkan orang lain atas keburukan yang datang.