Amalan yang Disyariatkan 10 Hari Pertama Dzulhijjah, Beserta Dalilnya (Bag.1)

DAARUTTAUHIID.ORGSesunguhnya mendapati sepuluh hari pertama dari bulan Dzulhijjah ini merupakan ni’mat yang agung dari Allah ta’ala untuk hamba-Nya.

Karena dia mendapatkan musim ketaatan yang membantunya untuk mendapatkan pahala dan ampunan. Bagi seorang muslim hendaknya menyadari nikmat ini dan mensyukurinya.

Caranya, bersungguh-sungguh dalam menjalankan ketaatan dan memperbanyaknya daripada hari-hari sebelumnya. Seperti inilah ihwal para salaf dalam memanfaatkan sepuluh hari pertama Dzulhijjah.

Abu Utsman An-Nahdi rahimahullah berkata; “Mereka (para salaf) mengagungkan tiga sepuluh hari: Sepuluh hari terakhir dari bulan Ramadhan, sepuluh hari pertama dari bulan Dzulhijjah, dan sepuluh hari pertama dari bulan Muharram.” (Lathaif Al-Ma’arif, karya Ibnu Rajab Al-Hanbali : 39)

Diriwayatkan dari Ibnu Abbas radhiyallahu ‘anhuma, Nabi yang mulia shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda;

مَا مِنْ أَيَّامٍ الْعَمَلُ الصَّالِحُ فِيهَا أَحَبُّ إِلَى اللَّهِ مِنْ هَذِهِ الْأَيَّامِ يَعْنِي أَيَّامَ الْعَشْرِ قَالُوا يَا رَسُولَ اللَّهِ وَلَا الْجِهَادُ فِي سَبِيلِ اللَّهِ قَالَ وَلَا الْجِهَادُ فِي سَبِيلِ اللَّهِ إِلَّا رَجُلٌ خَرَجَ بِنَفْسِهِ وَمَالِهِ فَلَمْ يَرْجِعْ مِنْ ذَلِكَ بِشَيْءٍ

“Tidak ada satu amal shalih yang lebih dicintai oleh Allah melebihi amal shalih yang dilakukan pada hari-hari ini (yaitu 10 hari pertama bulan Dzul Hijjah).” Para sahabat bertanya: “Tidak pula jihad di jalan Allah?” Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam menjawab: “Tidak pula jihad di jalan Allah, kecuali orang yang berangkat jihad dengan jiwa dan hartanya namun tidak ada yang kembali satupun (mati syahid).” (HR. Al-Bukhari, Abu Daud, Ibnu Majah, & At-Tirmidzi).

Hadits di atas menunjukkan bahwa amal shalih pada hari-hari ini lebih dicintai oleh Allah ta’ala daripada dilaksanakan pada selainnya. Hal ini juga menunjukkan keutamaan amal shalih di dalamnya dan pahalanya yang besar. Seluruh amal shalih dilipatgandakan pahalanya tanpa terkecuali.

Dari Ibnu Abbas radhiyallahu ‘anhuma, Nabi yang mulia shallallaahu ‘alaihi wa sallam bersabda, “Tidak ada satu amalan yang lebih mulia di sisi Allah ta’ala dan lebih besar pahalanya daripada kebaikan yang dilakukan pada sepuluh Adha.” Dikatakan, “Tidak pula jihad fi sabilillah?” Beliau menjawab, “Tidak pula jihad di jalan Allah, kecuali orang yang berangkat jihad dengan jiwa dan hartanya namun tidak ada yang kembali satupun.” (HR. Ad-Darimi dengan isnad yang hasan dan disebutkan oleh Al-Albani dalam Irwa’ Al-Ghalil : 3/398)

Di antara amal ibadah dan ketaatan yang disyariatkan pada sepuluh hari pertama dari Dzulhijjah adalah :

1. Melaksanakan haji dan umrah.

Ini merupakan amal ibadah paling utama pada hari-hari ini. Terdapat beberapa hadits yang menunjukkan kemuliaan amal-amal tersebut, di antaranya sabda Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam;

الْعُمْرَةُ إِلَى الْعُمْرَةِ كَفَّارَةٌ لِمَا بَيْنَهُمَا وَالْحَجُّ الْمَبْرُورُ لَيْسَ لَهُ جَزَاءٌ إِلَّا الْجَنَّةُ

“Umrah satu kepada umrah lainnya merupakan kafarah bagi dosa di antara keduanya. Sedangkan haji mabrur tidak ada balasannya kecuali surga.” (HR. Al-Bukhari dan Muslim)

2. Berpuasa pada hari-hari tersebut atau sebagiannya, khususnya pada hari ‘Arafah.

Diriwayatkan oleh Imam Muslim dari Abu Qatadah, dari Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda;

صِيَامُ يَوْمِ عَرَفَةَ أَحْتَسِبُ عَلَى اللَّهِ أَنْ يُكَفِّرَ السَّنَةَ الَّتِي قَبْلَهُ وَالسَّنَةَ الَّتِي بَعْدَهُ

“Puasa hari Arafah, aku berharap kepada Allah akan menghapuskan (dosa) setahun yang telah lalu dan setahun sesudahnya.” (HR. Muslim)

3. Bertakbir dan berdzikir pada hari-hari tersebut.

Allah ta’ala berfirman:

وَيَذْكُرُوا اسْمَ اللَّهِ فِي أَيَّامٍ مَعْلُومَاتٍ

“…. dan supaya mereka menyebut nama Allah pada hari-hari yang telah ditentukan …” (QS. Al-Hajj : 28)

Para ahli tafsir menafsirkannya dengan sepuluh hari pertama dari bulan Dzulhijjah. Karena itu, para ulama menganjurkan untuk memperbanyak dzikir pada hari-hari tersebut, berdasarkan hadits dari Ibnu Umar radhiyallahu ‘anhuma:

مَا مِنْ أَيَّامٍ أَعْظَمُ عِنْدَ اللَّهِ وَلَا أَحَبُّ إِلَيْهِ الْعَمَلُ فِيهِنَّ مِنْ هَذِهِ الْأَيَّامِ الْعَشْرِ فَأَكْثِرُوا فِيهِنَّ مِنْ التَّهْلِيلِ وَالتَّكْبِيرِوَالتَّحْمِيدِ

“Tidak ada hari-hari yang lebih agung di sisi Allah dan amal shalih di dalamnya lebih dicintai oleh-Nya daripada hari yang sepuluh (sepuluh hari pertama dari Dzulhijjah), karenanya perbanyaklah tahlil, takbir, dan tahmid di dalamnya.” (HR. Ahmad 7/224, Syeikh Ahmad Syakir menshahihkan isnadnya).

Imam Al-Bukhari menuturkan bahwa Ibnu Umar dan Abu Hurairah radhiyallahu ‘anhuma keluar ke pasar pada sepuluh hari tersebut seraya mengumandangkan takbir lalu orang-orang pun mengikuti takbirnya.

Dianjurkan untuk mengeraskan suara dalam bertakbir ketika berada di pasar, rumah, jalan, masjid dan lain-lainnya. Sebagaimana firman Allah ta’ala;

وَلِتُكَبِّرُوا اللَّهَ عَلَى مَا هَدَاكُمْ

“Dan hendaklah kamu mengagungkan Allah atas petunjuk-Nya yang diberikan kepadamu …” (QS. Al-Baqarah : 185)

4. Bertaubat serta meninggalkan berbagai kemaksiatan dan dosa. Harapannya, semoga amal-amal tadi mendatangkan ampunan dan rahmat. Karena sesungguhnya kemaksiatan menjadi sebab jauhnya seseorang dari Allah dan tidak mendapat rahmat-Nya.

Sebaliknya, ketaatan menjadi sebab dekatnya dengan Allah dan mendapatkan rahmat-Nya. Diriwayatkan dari Abu Hurairah radhiyallahu ‘anhu, Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda;

“Sesungguhnya Allah cemburu, dan kecemburuan Allah, kalau seseorang melanggar apa-apa yang Dia haramkan.” (HR. Muttafaq ‘Alaih)

Redaktur: Wahid Ikhwan

______________________________

DAARUTTAUHIID.ORG

(Sumber: Ceramah Ustadz Roni Abdul Fattah)