Gimana Sebetulnya YOLO tu sih ?

You Only Live Once atau yang lebih sering dikenal dengan YOLO telah menjadi kata yang cukup akrab di kalangan anak muda saat ini. YOLO yang diartikan sebagai salah satu bentuk semangat menghargai tiap momen kehidupan agar dapat dimaknai dengan baik. Secara psikologi dijelaskan bahwa termonologi YOLO awalnya dibuat berdasarkan tujuan positif, karena bersumber dari semangat kalangan anak muda untuk langsung bergerak, tidak menunggu waktu dalam mengejar tujuan hidup. Namun, seiring berjalannya waktu, YOLO menjadi hal yang malah sering disalahartikan sebagai bentuk hidup yang sembrono, karena hidup hanya sekali maka nikmatilah selagi bisa, hidup dengan suka-suka dan hura-hura tanpa memikirkan dampak terhadap kehidupan yang mendatang.

Islam sendiri, tentulah sudah ada aturan hidup yang baik agar hidup tidak menjadi sia-sia, serta tercapainya kehidupan yang bahagia di dunia dan akhirat. Berikut beberapa hal yang dapat kita pahami agar “Hidup yang hanya sekali” menjadi bermanfaat untuk diri sendiri dan orang lain.

  1. Memahami Makna dan Tujuan Hidup

Sebagai seorang muslim tentulah kita harus mengetahui dan menyadari kemana dan bagaimana hidup kita akan berlajan. Apakah kearah yang Allah ridhoi atau justru kepada jalan yang Allah murkai. Tersebab itu, kita harus mengisi dengan hal-hal baik agar kelak kita dapat mempertanggungjawabkannya di hadapan Allah kelak. Allah Ta’ala berfirman:

Kebajikan itu bukanlah menghadapkan wajahmu ke arah timur atau ke arah barat, tetapi kebajikan itu ialah orang yang beriman kepada Allah, hari akhir, malaikat-malaikat, kitab-kitab, dan nabi-nabi, dan memberikan harta yang dicintainya kepada kerabat, anak yatim, orang-orang miskin, orang-orang yang dalam perjalanan (musafir), peminta-minta, dan untuk memerdekakan hamba sahaya, yang malaksanakan shalat, dan menunaikan zakat, orang-orang yang menepati janji apabila berjanji, dan orang yang sabar dalam kemelaratan, penderitaan, dan pada masa perperangan. Mereka itulah orang-orang yang benar, dan mereka itulah orang-orang yang bertakwa.” (QS. Al-Baqarah: 177)

  1. Tidak Menjadikan Dunia Segalanya

Rasulullah Shalallahu Alaihi Wassalam bersabda “Jadilah kamu didunia seperti orang asing atau musafir” (HR. Bukhari). Sebagai manusia kita hidup di dunia ini dengan keterbatasan waktu, maka tak heran jika kita ingin selalu menggapai kehidupan dunia dengan segala kenikmatannya. Namun, tanpa kita sadari, kita telah menjadikan kehidupan duniawi memperbudak kita. Kita berlomba-lomba mengumpulkan harta tanpa peduli halal atau haramnya, kita dibutakan tahta yang menjadikan kita cinta dunia. Allah Taala berfirman dalam Al Quran Surah Al-Baqarah ayat 96, “Dan sungguh, engkau (Muhammad) akan mendapati mereka, manusia yang paling tamak akan kehidupan (dunia)…”

  1. Mengatur Harta dengan Baik

Setiap harta yang Allah Ta’ala titipkan kepada kita, haruslah kita pergunakan dengan sebaik mungkin. Allah Ta’ala berfirman

وَلَا تَجْعَلْ يَدَكَ مَغْلُوْلَةً اِلٰى عُنُقِكَ وَلَا تَبْسُطْهَا كُلَّ الْبَسْطِ فَتَقْعُدَ مَلُوْمًا مَّحْسُوْرًا

Dan janganlah kamu jadikan tanganmu terbelenggu pada lehermu (terlalu kikir) dan janganlah kamu terlalu mengulurkannya (terlalu boros), karena itu kamu menjadi tercela dan menyesal.” (QS. Al-Isra’: 29).

“…Sesungguhnya, pemboros-pemboros itu adalah saudara-saudaranya syaitan” (QS. Al-Isra’: 27)

  1. Memanfaatkan Harta

Harta adalah titipan yang berikan Allah Ta’ala kepada manusia untuk kebutuhan dan keberlangsungan hidupnya. Harta juga merupakan simpanan yang abadi bagi pemiliknya, dan tentu akan dihisab bagaimana harta itu dimanfaatkan. “Dan apa saja harta yang kamu nafkahkan (dijalan Allah), maka pahalanya itu untuk kamu sendiri. Dan janganlah kamu membelanjakan sesuatu melainkan karena mencari keridhaan Allah. Dan apa saja harta yang baik yang kamu nafkahkan, niscaya kamu akan diberi pahalanya dengan cukup sedangkan kamu sedikitpun tidak akan dianiaya.” (QS. Al-Baqarah: 272)

Wallahu a’lam bishawab

(Eva Ps El Hidayah)

_____________________

daaruttauhiid.org