Bersabar Itu Baik

Saudaraku, orang yang mudah berkeluh kesah menandakan jika dirinya kurang memiliki kesabaran. Ia kurang sabar menjalani proses yang mestinya dijalani. Ia kurang sabar melihat kenyataan yang masih belum sesuai dengan harapan. Ia kurang sabar atas prestasi yang ia raih. Akibatnya, hasil-hasil yang telah ia capai itu, atau kenyataan yang ia saksikan itu, tidak memberikan efek positif bagi dirinya.

Padahal sabar adalah penolong. Bagi orang yang mau bersabar, kenyataan sepahit apapun yang ia temui, bisa menjadi lecutan baginya untuk mengevaluasi dan memperbaiki diri. Mungkin ia tidak puas atas apa yang telah dicapainya itu, namun ketidakpuasan tersebut menjadi motivasi untuk memeriksa ada kekurangan atau kesalahan apa saja, kemudian ia mencoba lagi dengan ikhtiar terbaik yang bisa ia lakukan. Begitu seterusnya.

Inilah yang membedakan orang bersabar dengan kurang sabar. Orang yang kurang sabar merasa tidak puas dengan pencapaiannya, tapi tidak ada sikap positif yang ia lakukan kemudian. Ia hanya mengeluh tanpa mengevaluasi diri apalagi memperbaiki. Setelah ia melihat upayanya berbuah kegagalan, maka dengan mudah saja ia mencampakkannya dan menyerah.

Padahal kesabaran menjadi pengundang datangnya pertolongan Allah yang akan mendatangkan berbagai kemudahan. Allah SWT berfirman, “Jadikanlah sabar dan salat sebagai penolongmu. Dan sesungguhnya yang demikian itu sungguh berat, kecuali bagi orang-orang yang khusyu’, (yaitu) orang-orang yang meyakini, bahwa mereka akan menemui Tuhannya, dan bahwa mereka akan kembali kepada-Nya.” (QS. al-Baqarah [2]: 45-46)

Setiap kesulitan atau kegagalan yang kita temui sesungguhnya adalah bentuk kasih sayang Allah, agar kita terus belajar sehingga kualitas diri kita pun meningkat. Semakin bersabar atas kesulitan yang kita temui, maka semakin dekat kita dengan kemudahan-kemudahan, semakin dekat pula kita dengan keberhasilan. Sudah banyak kisah mengenai orang-orang yang sukses justru setelah melewati berbagai macam kesulitan. Orang yang sabar atas proses yang sulit akan merasakan manisnya keberhasilan.

Seperti seorang ulama yang mendalam ilmunya, ia telah melalui serangkaian proses belajar yang panjang dan tidak mudah. Boleh jadi sekian lama ia mengurangi jam tidurnya demi mempelajari suatu ilmu. Sampai akhirnya ia memiliki pemahaman dan merasakan manisnya ilmu pengetahuan. Sedangkan bagi orang yang tidak mau bersabar saat belajar, maka ia akan merasakan pahitnya kebodohan.

Saudaraku, Allah memerintahkan kepada kita untuk berikhtiar secara maksimal dan sempurna. Namun, sayangnya kita seringkali tergesa-gesa. Kita selalu ingin segera keinginan itu terwujud. Padahal keinginan manusia seringkali didorong hawa nafsu, dan belum tentu baik menurut Allah atau untuk kita.

Kalau kita ingin menikmati hasil, ketahuilah bahwa hasil itu hanya sebentar, dan belum tentu ada setelah kita berusaha. Adapun yang semestinya lebih kita nikmati adalah proses ikhtiarnya ketika kita berusaha mendapatkan hasil yang kita tuju. Sebagai contoh, seorang ibu yang sedang hamil. Jika ia tidak sabar, ingin segera bayinya lahir padahal usia kandungannya baru tiga bulan, maka tentu itu keinginannya itu bukanlah sesuatu yang baik dan benar.

Sedangkan jika sang ibu menjalani dengan penuh sabar usia kandungan hingga waktu kelahiran tiba, maka ikhtiar sang ibu akan menjadi ladang amal saleh baginya. Dan pada waktu yang Allah kehendaki, bayinya yang lucu akan lahir dan menjadi pelipur lara baginya yang telah sekian lama menunggu. Masya Allah.

Bersabarlah dalam menjalani proses ikhtiar. Bersabarlah dalam setiap langkah, tetesan keringat, dan rasa lelah. Bersabarlah pula ketika hasil yang kita temui ternyata tidak sesuai dengan pengharapan kita ketika menjalani ikhtiar, karena sesungguhnya amal saleh ada dalam kesungguhan ikhtiar kita, terlepas dari apa pun hasilnya nanti. [KH. Abdullah Gymnastiar]