Di Balik Gencatan Senjata Palsu: Ratusan Pelanggaran dan Komitmen Wakaf DT untuk Gaza

DAARUTTAUHIID.ORG | Kesepakatan gencatan senjata yang digagas Amerika Serikat di Jalur Gaza kini berada di ujung tanduk. Di lapangan, istilah “jeda kemanusiaan” tampak hanya menjadi label tanpa makna nyata.

Dalam 44 hari sejak perjanjian berlaku pada 10 Oktober, laporan menunjukkan Israel telah melakukan sedikitnya 497 pelanggaran. Serangkaian pelanggaran itu merenggut nyawa sekitar 342 warga sipil, mayoritas adalah anak-anak, perempuan, dan orang lanjut usia.

Serangan udara terus terjadi. Salah satu yang terbaru adalah insiden pada Sabtu lalu yang menewaskan 24 warga Palestina serta melukai puluhan lainnya.

Kantor Media Pemerintah Gaza mengecam keras tindakan Israel yang dinilai sebagai pelanggaran terang-terangan terhadap hukum humaniter internasional. Selain menyerang, Israel disebut terus membatasi masuknya bantuan medis penting dan memperluas operasi militernya melewati “garis kuning”, batas yang telah disepakati sebagai zona demarkasi di Gaza Utara. Akibatnya, puluhan keluarga terjebak tanpa jalan keluar.

Kondisi ini diperburuk dengan laporan jurnalis Al Jazeera yang menyatakan bahwa rasa aman warga Gaza telah benar-benar runtuh. Bagi banyak orang di Gaza, perjanjian gencatan senjata bukanlah tanda perdamaian, melainkan sekadar strategi sementara Israel sebelum melanjutkan serangan yang lebih besar.

Di sisi lain, saling tuding pun tidak terhindarkan. Hamas menuduh Israel terus mencari-cari alasan untuk melanjutkan “perang pemusnahan,” sementara Israel mengklaim bahwa mereka hanya merespons ancaman dari para pejuang Palestina.

Situasi kemanusiaan semakin memprihatinkan setelah jenazah warga Palestina yang dikembalikan Israel ditemukan dalam kondisi mengenaskan, menunjukkan indikasi penyiksaan dan mutilasi. Tim forensik Gaza kewalahan mengidentifikasi ratusan jenazah karena keterbatasan fasilitas laboratorium.

Melihat gencatan senjata yang rapuh dan serangan yang faktanya masih berlanjut, Wakaf Daarut Tauhiid (Wakaf DT) menegaskan bahwa bantuan kemanusiaan tidak boleh berhenti.

Wakaf DT memahami bahwa istilah “gencatan senjata” sering kali membuat masyarakat luar terlena, seolah situasi sudah aman. Padahal kenyataannya, warga Gaza masih hidup dalam ancaman dan kepungan.

Karena itu, Wakaf DT memastikan bahwa program Cash Wakaf for Palestine tetap berjalan dan bahkan diperkuat.

“Walaupun disebut gencatan senjata, realitasnya saudara-saudara kita masih menghadapi serangan. Ini bukan waktu untuk berhenti, tetapi saatnya memperkuat dukungan,” ujar perwakilan Wakaf DT.

Melalui program ini, Wakaf DT mengajak masyarakat Indonesia untuk terus mengalirkan kepedulian. Bantuan difokuskan pada kebutuhan darurat yang semakin mendesak akibat blokade dan serangan yang masih terjadi, sekaligus mendukung pemulihan jangka panjang bagi infrastruktur serta kehidupan warga Gaza.