Dunia Bukan Jaminan

Jangan mengukur kedudukan, kemuliaan, dan kesuksesan hanya dengan ukuran duniawi saja. Karena datangnya rezeki kepada setiap orang adalah mutlak atas kehendak Allah Ta’ala. Dan Allah memberikan dunia kepada hamba-Nya bukan sebagai tanda atau bukti kemuliaan seseorang.

Banyak orang yang ingkar bahkan tidak menyembah kepada Allah tetapi Allah limpahkan dunia kepada dirinya. Begitu pun tidak sedikit sahabat Rasul dan hamba Allah saat ini yang beriman kepada Allah, mengabdikan dirinya hanya kepada Allah, membaca kitab Allah setiap saat, dan taat kepada perintah-perintah Allah tetapi Allah batasi rezekinya bagi mereka. Begitu pun keadaan orang yang kaya dengan duniawi belum tentu mendapatkan ketenangan dalam kehidupannya.

Jadi jangan pernah kita menilai kesuksesan dan kemuliaan hanya berdasarkan besar atau tidak duniawinya. Karena jika duniawi yang menjadi tolak ukur kesuksesan, maka kita akan disibukkan dengan mengejar hal-hal yang bersifat duniawi. Lalu bagaimana cara kita mengetahui bahwa Allah sayang atau perhatian kepada hambanya? Dari Mu’awiyah radhiallahu’anhu beliau berkata Rasulullah Shalallahu’alaihi Wasallam bersabda:

مَن يُرِدِ اللهُ به خيرًا يُفَقِّهْه في الدينِ

“Barangsiapa yang Allah kehendaki kebaikan padanya, niscaya Allah akan jadikan ia faham dalam agama” (Muttafaqun ‘alaihi).

Jadi sudah jelas bahwa yang harus menjadi alat ukur kita dalam menilai kedudukan dan kemuliaan seseorang atau diri kita sendiri adalah dengan kita lihat sejauh mana kita mengkuti perintah-perintah Allah dan menjauhi semua larangannya. Karena boleh jadi kita merasa semua kebutuhan atau rezeki kita dilimpahkan oleh Allah yang membuat kita bisa membeli dan menduduki jabatan apapun, tetapi belum tentu di akhirat kita akan menyandang kedudukan atau derajat yang baik juga.

Atas dasar hal tersebut bukan berarti kita tidak boleh untuk mencari dunia, tetapi yang harus kita pahami adalah kita tidak boleh hanya berfokus terhadap sesuatu yang bersifat duniawi tapi melalaikan kewajiban kita sebagai seorang hamba yaitu beribadah kepada Allah. Jika segala sesuatu yang kita lakukan kita niatkan untuk beribadah dan mengabdi kepada Allah maka insyaAllah dunia akan kita dapatkan dengan usaha kita tentunya atas kehendak Allah. 

وَمَا خَلَقْتُ الْجِنَّ وَالْاِنْسَ اِلَّا لِيَعْبُدُوْنِ 

“Aku tidak menciptakan jin dan manusia melainkan agar mereka beribadah kepada-Ku.” (QS. Az Zariyat: 56).

Dari firman Allah diatas kita diingatkan bahwasannya adanya kita di dunia saat ini tidak lain adalah semata-mata untuk beribadah kepada Allah. Pekerjaan atau aktivitas yang kita lakukan sampai saat ini jika tidak ada niat karena Allah maka akan menjadi sia-sia, kita hanya akan mendapatkan lelah dan sekedarnya dunia yang kita dapat. Padahal kita perlu ingat juga bahwa kita hidup adalah upaya untuk mencari bekal untuk kehidupan di akhirat kelak. Jika selama hidup kita hanya mengutamakan dunia saja dan menjadikan dunia sebagai kesuksesan yang utama maka di akhirat kita tidak akan mempunyai bekal yang akan menyelamatkan kita di akhirat. Jadi kesuksesan yang hakiki adalah kita sukses untuk memaksimalkan ibadah kepada Allah dan mampu bermal sebanyak-banyaknya atas dasar karena Allah Ta’ala.