Keteguhan di Tengah Blokade: Marinette dan 47 Negara yang Mengirim Kapal Tetap Bergerak
DAARUTTAUHIID.ORG | Koalisi kemanusiaan Global Sumud Flotilla (GSF) merilis laporan resmi mengenai tindakan penangkapan dan pembajakan ilegal yang dilakukan oleh militer Israel di perairan internasional dekat Gaza pada 1–2 Oktober 2025. Dalam siaran pers yang disampaikan Kamis (2/10), GSF menyebut sebanyak 41 kapal yang membawa ratusan relawan dari 47 negara telah diserang dan dicegat secara paksa oleh angkatan laut Israel.
Ratusan peserta misi kemanusiaan tersebut berasal dari berbagai negara, termasuk Indonesia, Malaysia, Turki, Australia, Kanada, Inggris, Spanyol, Prancis, Norwegia, Jerman, Italia, Yunani, Amerika Serikat, Afrika Selatan, Mesir, Oman, dan Palestina. Mereka tergabung dalam misi global untuk mengirim bantuan kemanusiaan dan simbol solidaritas bagi rakyat Gaza yang hingga kini hidup di bawah blokade.
Menurut GSF, seluruh relawan yang berada di atas kapal-kapal flotilla kini telah ditangkap dan dibawa secara paksa ke kapal perang Israel MSC Johannesburg. Dalam proses penangkapan itu, para relawan dilaporkan menghadapi kekerasan dan intimidasi, termasuk serangan air bertekanan tinggi, cairan kimia berbau menyengat, serta pemutusan sistem komunikasi.
“Ini bukan sekadar penahanan,” tulis GSF dalam pernyataannya.
“Ini adalah penculikan tanpa dasar hukum yang melanggar hukum internasional dan hak asasi manusia. Mencegat kapal kemanusiaan di perairan internasional adalah kejahatan perang. Menolak akses hukum dan menyembunyikan keberadaan mereka yang ditahan memperburuk pelanggaran tersebut.”
Rekaman yang sempat beredar menunjukkan pasukan angkatan laut Israel menaiki dan menguasai beberapa kapal flotilla di tengah laut. Detik-detik penyerbuan itu terekam oleh tim dokumentasi GSF sebelum sinyal komunikasi mereka terputus.
Kelompok advokat Adalah, yang mewakili para relawan di hadapan otoritas Israel, menyebut bahwa mereka baru mendapatkan informasi terbatas mengenai keberadaan dan kondisi para aktivis. Diperkirakan 443 relawan kini ditahan secara paksa dan akan dibawa ke pelabuhan Ashdod untuk “diproses” di bawah status yang dikategorikan sebagai penahanan ilegal.
Dalam laporan GSF, terdapat 22 kapal yang telah terkonfirmasi dicegat secara ilegal oleh Israel, di antaranya Adara, Aurora, Mohammad Bhar, Seulle, Sirius, dan Paola I. Sementara 19 kapal lainnya hilang kontak dan diduga juga telah dicegat, termasuk Ahed Tamimi, Estrella, Meteque, MiaMia, dan Wahoo.
Hingga Kamis malam, hanya satu kapal yang masih berlayar menembus blokade, yakni Marinette, berbendera Polandia, dengan enam awak di dalamnya. Kapal ini dibeli menggunakan dana sumbangan rakyat Indonesia melalui Indonesia Global Peace Convoy (IGPC). Meskipun sempat mengalami kerusakan mesin dan tertinggal dari rombongan, Marinette tetap memilih melanjutkan pelayaran menuju Gaza.
“Marinette bukan sekadar kapal,” tulis GSF dalam keterangan resminya.
“Ia adalah simbol Sumud-keteguhan untuk terus maju melawan ketakutan dan kebrutalan Israel.”
Secara keseluruhan, Global Sumud Flotilla mengerahkan 44 kapal dalam misinya: 22 kapal telah dicegat, 19 hilang kontak, satu masih berlayar, dan dua kapal pengamat yaitu Summer Time-Jong dan Shireen yang berputar arah untuk membawa bukti pelanggaran dan dokumentasi resmi ke Eropa.
Perwakilan Indonesia, Muhammad Husein, termasuk di antara 21 relawan internasional di atas kapal Summer Time-Jong. Mereka kini tengah menuju Pulau Siprus untuk menyerahkan bukti pelanggaran Israel kepada lembaga-lembaga internasional dan media global. (Sumber: Kumparan)