Ketua Yayasan: Pesantren DT Mandiri Secara Ekonomi

Jawa Barat merupakan provinsi dengan jumlah penduduk terbesar di Indonesia. Selain itu, Jawa Barat juga memiliki jumlah pondok pesantren yang paling banyak. Mengutip dari https://lokadata.beritagar.id sebanyak 9.167 ponpes ada di Jawa Barat, dengan jumlah santri 991.279. Sedangkan 6.044 ponpes ada di Jawa Timur, dengan jumlah santri 1.036.747.

Data di atas menunjukkan nilai yang paradoks bagi Jawa Barat. Provinsi yang memiliki jumlah ponpes terbanyak, namum minim santri. Melihat fenomena tersebut, Ketua Yayasan Pondok Pesantren Daarut Tauhiid (DT), Gatot Kunta Kumara mengatakan, tidak mengkhawatirkan hal tersebut. Sebab lanjutnya, pendidikan pesantren merupakan kontestasi dalam hal kebaikan.

“Melihat fenomena itu, posisi DT tidak dalam kondisi khawatir. Menurut saya justru pondok pesantren harus menjadikan informasi ini sebagai ajang lomba untuk kebaikan. Memang esensinya, ponpes ada untuk menjadi tempat belajar mengenal Islam , mengenal Allah SWT, juga memperbaiki diri. Artinya, apa yang dilakukan di ponpes adalah sebuah kebaikan,” katanya, Senin (18/11).

Menurutnya, yang harus dijadikan perhatian adalah jumlah yang tinggi. Setiap ponpes di Jawa Barat mampu membangun peradaban yang lebih islami. Baiknya, kata Gatot, ekonomi islam bisa tumbuh subur di setiap pondok pesantren yang ada di Jawa Barat.

“Harusnya ekonomi bisa tumbuh dengan pesat, atau inovasi terus dikembangkan, sehingga dari jumlah yang besar itu ponpes di Jabar memiliki perbedaan yang menarik bagi para calon santri,” ujarnya.

Gatot menjelaskan, sudah sejak awal DT berdiri dan bergerak dengan ekonomi yang mandiri. Katanya, DT tidak mau bergantung pada hal lain. Kemandirian yang dimiliki DT, menurutnya, berhasil membangun unit kerja atau kegiatan yang berhasil menopang ekonomi DT.

“Alhamdulillah, kita mandiri secara ekonomi, salah satunya wakaf produktif. Kita mengelola 165 Miliar, hampir 40 persennya wakaf produktif. Kita buat pertokoan, bazzar, penginapan, sekolah, gedung perkantoran, radio, televisi, dan kemudian ini semua di makmurkan yang melibatkan jamaah,” jelasnya. (Elga)