Kisah Sahabat Nabi yang Mewakafkan Seluruh Kebunnya

DAARUTTAUHIID.ORGSebuah kisah dari sahabat Nabi bernama Abu Thalhah (Zaid bin Sahl), ia berasal dari kalangan Anshar yang memiliki kebun diberi nama Bairuha’. Lokasinya tidak jauh dari Masjid Madinah, di mana kebun itu termasuk harta yang paling ia cintai dan dibanggakannya.

Suatu ketika Rasulullah Shallallahu ‘alahi wasallam masuk ke dalam kebun dan berteduh sambil minum. Tak lama dari peristiwa tersebut turunlah ayat Al Quran yang artinya:

لَنْ تَنَالُوا الْبِرَّ حَتّٰى تُنْفِقُوْا مِمَّا تُحِبُّوْنَ ۗوَمَا تُنْفِقُوْا مِنْ شَيْءٍ فَاِنَّ اللّٰهَ بِهٖ عَلِيْمٌ

“Kamu tidak akan memperoleh kebajikan, sebelum kamu menginfakkan sebagian harta yang kamu cintai. Dan apa pun yang kamu infakkan, tentang hal itu sungguh, Allah Maha Mengetahui.” (Ali Imran: 92).

Ayat tersebut sampailah ke telinga Abu Thalhah (Zaid bin Sahl). Kemudian, Ia bergegas mendatangi Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wasallam dan berkata,

“Aku ingin melakukan apa yang diperintahkan Allah untuk menyedekahkan apa yang kita cintai ya Rasulullah. Dengan harapan memperoleh ganjaran kebaikan sekaligus sebagai simpanan di hadapan Allah. Maka bawalah dan taruhlah ia di tempat yang layak menurutmu. Terimalah kebun Bairuha’, satu-satunya harta yang aku punya, sebagai infak atau sedekah. Aku serahkan kepada dirimu untuk dibagi-bagikan kepada orang yang membutuhkan.”

Dengan rasa bahagia dan penuh sukacita, Rasulullah menyambut sedekah itu dan menguasakan teknis pembagian kebun itu kepada Abu Thalhah sendiri dan sambil berkata,

”Inilah harta yang diberkahi. Aku telah mendengar apa yang kau ucapkan dan aku menerimanya. Aku kembalikan lagi kepadamu dan berikanlah ia kepada kerabat-kerabat terdekatmu.”

Kemudian Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wasallam hanya merekomendasikan agar harta tersebut dibagikan kepada keluarga Abu Thalhah yang terdekat dan sangat membutuhkan terlebih dulu, baru kepada orang lain.

Selain itu, Abu Thalhah juga memberikan bagian untuk Rasulullah. Kemudian Rasulullah memberikan bagiannya tersebut kepada sahabatnya yang lain seorang penyair bernama Hassan bin Tsabit al-Anshari. 

Kemudian juga di antara lainnya yang menerima sedekah tersebut yaitu Zaid bin Tsabit dan Ubay bin Ka’ab.

MasyaAllah, kisah tersebut membuktikan bagaimana kualitas keimanan para sahabat masa itu. Apa pun perintah dari Allah dan Rasul, tanpa ada tawar menawar mereka akan jalankan dengan berat ataupun ringan. (Arga/Wahid)

Redaktur: Wahid Ikhwan


DAARUTTAUHIID.ORG