Mengenal Metode Hisab dalam Menentukan Awal Ramadhan

DAARUTTAUHIID.ORG | Menjelang bulan Ramadhan, kita kerap kali dihadirkan dengan istilah hisab dalam perhitungan dan penetapan 1 Ramadhan. 

Hisab sendiri, jika merujuk pada buku “Pedoman Hisab Muhammadiyah”, memiliki arti perhitungan atau pemeriksaan.Sedangkan dalam ilmu fikih, hisab berkaitan mengenai penentuan waktu-waktu ibadah. 

Hisab digunakan untuk kepentingan pelaksanaan ibadah, seperti penentuan waktu shalat, waktu puasa, waktu idul fitri, waktu haji, dan waktu gerhana untuk melaksanakan shalat gerhana.

Dasar penggunaan hisab dalam menentukan waktu bersandar pada firman Allah Taala yang terdapat pada surat Ar Rahman ayat 5, yang artinya:

“Matahari dan bulan (beredar) menurut perhitungan.”

Pada surat lain, Allah juga menyebutkan bahwa:

“Dia-lah yang menjadikan matahari bersinar dan bulan bercahaya dan ditetapkan-Nya manzilah-manzilah (tempat-temat) bagi perjalanan bulan itu, supaya kamu mengetahui bilangan tahun perhitungan (waktu)”. (QS. Yunus: 5).

Dalam sebuah hadis juga disebutkan, bahwa Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wassalam bersabda yang artinya:

“Apabila kamu melihat hilal berpuasalah, dan apabila kamu melihatnya ber-idul fitrilah. Jika bulan terhalang oleh awan terhadapmu, maka estimasikanlah”. (Bukhari dan Muslim).

Secara harfiah, hadis di atas melarang memulai dan mengakhiri puasa di bulan Ramadhan sebelum terlihat hilal. Jika cuaca berawan sehingga tidak dapat melihat hilal, maka hendaklah dibuat estimasi perkiraan atau perhitungan.

Metode hisab biasanya digunakan oleh Muhammadiyah untuk menentukan awal bulan dalam kalender Hijriah. Hisab yang digunakan ialah hisab hakiki wujudul hilal dengan kriteria tiga syarat, yaitu:

1. Telah terpenuhinya ijtimak (konjungsi).

2. Ijtimak itu terjadi sebelum matahari terbenam.

3. Di saat terbenamnya matahari, bulan telah berada di atas ufuk.

Jika ketiga kriteria tersebut telah terpenuhi, maka penetapan tersebut dianggap telah sah dan masuk dalam awal bulan Hijriah.

Itulah penjelasan para ulama yang menjadikan perhitungan hisab dengan mengumpulkan pola peredaran bumi, bulan, dan matahari, yang menjadi dasar dalam menetukan awal Ramadhan dan Idul Fitri.Semoga penjelasan di atas membuat kita bisa memahami arti dan mekanisme metode hisab itu digunakan dalam menentukan waktu ibadah tertentu. (Arga)