Mutiara Hikmah Medis Dari Ibnu Sina (bag. 1)

DAARUTTAUHIID.ORGKami menemukan sebuah buku karya Ibnu Sina, setelah kami lupa dan lalai terhadapnya, ternyata dia mengatakan dan pendapatnya dapat diterima, tidaklah menusia binasa dan tidak pula binatang di daratanterbunuh melainkan lantaran memasukkan makanan di atas makanan (keserakahan), dan berjalan kaki sudah ditinggalkan.

Bagaimana aku mengadu kepada dokterku lantaran apa yang menimpaku, sedang yang menimpaku itu lantaran jantung hatiku.

Tegukan obat semakin bertambah namun membuat jiwaku berada dalam keadaan-keadaan yang membuatnya semakin tersiksa.

وَاَيُّوْبَ اِذْ نَادٰى رَبَّهٗٓ اَنِّيْ مَسَّنِيَ الضُّرُّ وَاَنْتَ اَرْحَمُ الرَّاحِمِيْنَ

“Dan (ingatlah kisah) Ayub, ketika dia berdoa kepada Tuhannya, “(Ya Tuhanku), sungguh, aku telah ditimpa penyakit, padahal Engkau Tuhan Yang Maha Penyayang dari semua yang penyayang.” (QS. Al-Anbiya: 83)

Kemudian mengatakan, hendaknya kalian tidur setelah makan siang, berjalan setelah isya, tidak kekenyangan, dan gizi itu lebih baik dari pada obat.

Saat kami duduk, salah seorang di antara mereka datang kepada kami dengan membawa surat dari Galinus. Ternyata dia mengatakan, wahai orang-orang yang berakal, janganlah salah seorang di antara kalian mandi dalam keadaan kenyang, jangan makan kecuali dalam keadaan lapar, jangan tidur saat kekenyangan makanan, dan jangan melalui malam dengan begadang.

Siapa yang hemat dalam menyantap makanan, meminimalisir perkataan, dan menjauhi kegelisahan serta kesedihan, maka dia hidup dalam keadaan sehat dan damai. Bukankah kalian mendengar penyair kalian, Ibnu Rumy, andai saja di antara kita ada penyair seperti dia dari kaumku,

Sesungguhnya kebanyakan penyakit yang terlihat olehmu terbawa pada makanan dan minumanmu.

Kami mengatakan, Mutanabbi yang agung layak untuk mengatakan tentang dirimu saat memuji Ibnu Amid,

Siapa di antara kaum Arab pedalaman yang berpengalaman, akulah setelah mereka, aku pernah duduk berinteraksi dengan Galinus dan Iskandar.

Dia berkata, sampaikan perkataanku kepada Ibnu Husain.

Terima kasih dua kali, jawab mereka.

Kami mengatakan, dia telah menyebutmu lantas mengatakan padasebuah perumpamaan,

Seorang penggembala domba mati di antara sekawanannya seperti matinya Galinus dalam kedokterannya.

Dia pun berkomat-kamit seakan membaca mantera dan tidak berbicara.

Kemudian datanglah teman kami, Abu Utsman Al-Ghazy.Ceritakan kepada kami tentang Abu Bakar Ar-Razy, pinta kami.

Dia berkata,saya kira kalian berbicara tentang cinta, ternyata kalian berbicara tentang kedokteran.

Kami berkata, jauhkan kami dari pembicaraan tentang kesedihan dan air mata, tapi ceritakan kepada kami tentang piring dan perut. Dia tertawa hingga terlihatlah gigi-gigi grahamnya.

Dia mengatakan, kedokteran dan para pakarnya, namun Abu Bakar, masih dikenang dengan baik, dia mendekatkan kita dan tidak menjauhkan kita, menasihati dan berwasiat kepada kita, yaitu ketika dia mengatakan, iri meluluhkan badan, dengki tidak mendapatkan manfaat dari makanan, dan kebencian tidak membuat tidur menjadi nyaman, sedangkan zikir membuat dada menjadi lapang, mendatangkan kegembiraan, memudahkan berbagai urusan, dan memasukkan cahaya ke dalam jiwa.

Hindarilah pengonsumsian minuman memabukkan, sebab ia merupakan penyakit terbesar dan kemungkaran yang diharamkan.

Redaktur: Wahid Ikhwan

___________________________

DAARUTTAUHIID.ORG

(Referensi: Dr. Aidh Abdullah Al-Qarny, Untaian Mutiara Hikmah)