Nabi Yahya (2): Konspirasi Penguasa dan Sebab Dibaliknya

Hai Yahya, ambilah al-Kitab (Taurat) itu dengan sungguh-sungguh. Dan Kami berikan kepadanya hikmah selagi ia masih anak-anak, dan rasa belas kasihan yang mendalam dari sisi Kami dan kesucian (dari dosa). Dan ia adalah seorang yang bertakwa, dan banyak berbakti kepada kedua orang tuanya, dan bukanlah ia orang yang sombong dan durhaka. Kesejahteraan atas dirinya pada hari ia diiahirkan, dan pada hari itu ia meninggal dan pada hari ia dibangkitkan kembali.” (QS.Maryam/19: 12-15).

Nabi Yahya a.s. mendedikasikan hidupnya memahami dan menguasai firman Allah (kitab) yang diturunkan kepada Nabi sebelumnya. Atas kesungguhannya itu, Allah berkehendak memberikan karunianya (kitab dan hikmah) selagi ia masih kecil. Dengannya, Nabi Yahya a.s. mampu mendekatkan dan menghadapkan realita terhadap petunjuk Allah. Dengan demikian, masyarakat memiliki kemampuan untuk menerapkan dan melaksanakan petunjuk Allah di dalam kehidupannya.

Pemahaman mendalam atas kitab disertai keseriusannya menganalisa dinamika hidup, membawa Nabi Yahya a.s. kepada kedudukan mulia yaitu menjadi pemutus perkara (hakim) atas seluruh permasalahan hidup masyarakat. Beliau menjadi rujukan atas semua permasalahan yang ada saat itu. Nabi Yahya a.s. menjadi orang paling dicari dan dirindukan karena isi petuah serta nasehatnya yang mampu membuka tabir (rahasia) gambaran hidup yang diinginkan Allah atas seluruh makhluk-Nya. Subhanallah.

Al-Kitab yang “dipegang” Nabi Yahya a.s. menjadi referensi penting. Masyarakat merasakan ketenangan jiwa manakala hidupnya sesuai dengan al-kitab yang dijelaskannya. Setiap harinya Nabi Yahya a.s. senantiasa membacakan, menjelaskan, dan menyucikan masyarakat dengan kitab dan hikmah tersebut. Masyarakat antusias menyimak dan mengikuti seruannya. Beliau mengajak masyarakat untuk menyembah Allah, shalat, shaum, dzikir, dan melarang kesyirikan. Masyarakat yang terbuka jalan-pikirannya disucikan oleh Nabi Yahya a.s. dengan memandikannya di sebuah sungai, Jordania namanya.

Oleh karena sikap penyayangnya atas seluruh makhluk Allah, Nabi Yahya menuai rasa sayang dari semua makhluk Allah tersebut. Di antaranya singa dan serigala. Kedua binatang buas ini melemahkan dirinya di hadapan Nabi Yahya a.s. karena merasa dilindungi olehnya. Maka, segenap potensi yang ada pada makhluk Allah bisa berjalan beriringan atas perlakuannya.

Suatu hari, Nabi Yahya dihadapkan kepada sebuah kasus besar yang dilakukan oleh penguasa. Dalam rangka menjaga kekuasaannya agar tidak berpindah kepada pihak lain, mereka memberlakukan hubungan perkawinan satu keluarga. Saat itu sang Raja memiliki keinginan menikahi anak saudara (keponakannya).

Nabi Yahya a.s. melarang keras perkawinan itu dan tidak memberikan ruang tawar menawar. Sang Raja tidak diberikan pilihan lain kecuali menaati ketetapan Allah atas makhluk-Nya. Selain itu, tidak ada pilihan lain yang menyelamatkan.

Sang Raja sadar bahwa Nabi Yahya a.s. memiliki dukungan massa yang bersimpati dan beriman kepadanya. Oleh karenanya, ia tidak bersegera menentukan pilihannya melainkan mencermatinya dengan berbagai pertimbangan. Akankah fitrah iman mengalahkan keinginan hawa nafsu atau sebaliknya?

Mengetahui Sang Raja sedang galau dengan pendiriannya, sang wanita pujaan (keponakan Raja) mendatanginya. Ia mencoba menumpahruahkan segenap perasaannya, berusaha masuk ke alam bawah sadarnya supaya Sang Raja tidak mengikuti nalar logikanya. Dan jamuan minuman memabukkan pun sengaja disuguhkan supaya Sang Raja lebih mudah dikendalikan dalam keadaan mabuk.

Sang Raja berusaha menolak dengan halus. Namun, rayuan maut sang wanita pujaan hadir terus “membombardir” emosi dan perasaan Sang Raja. Dan jiwa Sang Raja pun mulai dikendalikan untuk bersiap menentukan pilihannya. Ya, sebuah pilihan yang menggambarkan dominasi nafsu di atas logika .

Saat yang ditentukan tiba. Sang Raja memanggil aparaturnya. Lalu ia memerintahkan mereka agar mencari Nabi Yahya a.s. Atas titah perintah Raja tersebut, para prajurit bersegera menyusun rencana. Mereka membagi tugas agar Nabi Yahya a.s. bisa segera bisa ditemukannya. Wallahu a’lam.

Oleh : ustadz Edu, sumber foto : sciencealert.com