Pengeluaran Hemat dan Barokah di Bulan Berkah

Pada hari pertama Ramadan kali ini, keluarga Hemri diundang keluarga Borsi untuk buka saum bersama di rumahnya. Sajian yang ada bagaikan hidangan di meja sebuah Rumah Makan Padang. Mulai dari kurma, jeruk, kolak pisang, es kelapa muda, ayam goring, dan sebagainya. Selesai salat Magrib, sambil makan malam bersama, terjadilah obrolan antara Borsi dan Hemri.

Borsi   : “Biasanya, pengeluaran di Bulan Ramadan lebih banyak ya dibandingkan dengan bulan-bulan yang lain?”

Hemri : “Kalau pengeluarannya untuk kebaikan sih, tidak apa-apa. Malah bagus.”

Borsi  : “Maksudnya?”

Hemri : “Pengeluaran untuk berinfak dan berzakat. Berinfak pada Ramadan, pahalanya jauh lebih tinggi dibandingkan dengan bulan-bulan yang lainnya, sebagaimana hadis yang diriwayatkan oleh Imam Turmudzi: sedekah yang paling utama adalah sedekah pada Bulan Ramadan.”

Borsi  : “Aduh jadi malu nih. Kalau kami sih, justru pengeluaran untuk makanan yang bertambah.”

Hemri : “Maaf ya kang, bukannya bermaksud menyinggung. Seperti malam ini, kita lihat sangat banyak sekali makanan untuk berbuka, namun kenyataannya tidak semua bisa kita makan. Daya tampung perut kita tetap sama, seberapa banyak makanan pun yang tersedia.”

Borsi  : “Iya juga ya. Sering kita merasa ingin membalas rasa lapar seharian dengan makan sebanyak-banyak pada saat berbuka.”

Hemri : “Benar sekali. Salah satu kiat agar tidak boros selama Ramadan adalah dengan menghilangkan perasaan ingin ‘balas dendam’ yaitu makan sebanyak-banyaknya pada saat berbuka. Saya sendiri ketika melihat hidangan di meja, dalam hati jadi bertanya-tanya, apa kita mau ngadain acara buka saum bersama se-RT (sambil tersenyum).”

Borsi  : “Selain itu, pada saat puasa di siang hari, sering kita tergoda untuk membeli makanan berbuka. Repotnya, masing-masing dari kita membeli makanan pembuka atau tajil sendiri-sendiri tanpa koordinasi. Yah, mungkin itu juga menjadi penyebab pemborosan, tidak ada koordinasi dalam belanja untuk makanan pembuka atau tajil.”

Hemri  : “Untuk mencegah pemborosan itu, selain perlunya koordinasi dalam belanja tajil, kita pun bisa belanja dalam jumlah yang besar untuk digunakan dalam beberapa kali tajil, sehingga harganya bisa lebih murah. Misalnya membeli kurma dalam jumlah besar, tentunya akan lebih murah bila dibandingkan dengan berkali-kali belanja. Tapi, untuk buka saum kali ini, akang jangan berkecil hati karena telah belanja berlebihan.”

Borsi  : “Mengapa begitu Hemri?”

Hemri : “Pengeluaran yang bertambah untuk belanja makanan di Bulan Ramadan, bisa juga bernilai positif lho kang. Yakni bila digunakan untuk menjamu orang lain yang juga saum. Insya Allah, pahala saum orang yang kita beri makanan berbuka juga mengalir ke kita tanpa mengurangi pahala orang tersebut.”

Borsi  : “Alhamdulillah. Kalau begitu, sisa makanan ini akan saya bawa ke masjid untuk menjamu yang tadarus di sana, sehingga tidak mubazir di sini dan memberi manfaat bagi orang lain.” (Iwan Rudi Saktiawan)