Waktunya Kembali kepada Keluarga

Abad 21 ini, revolusi teknologi membuat manusia semakin produktif dan kompetitif. Apalagi di perkotaan, semua berlomba memberikan keunggulan dalam bekerja, karena bukan tidak mungkin suatu saat akan digantikan oleh robot atau mesin.

Oleh sebab itu, sudah lumrah ketika seseorang berangkat sebelum fajar dan pulang setelah langit gelap. Begitu keseharian yang kita lihat terutama di kota besar. Atau mungkin, kita adalah salah satunya. Senin sampai Jumat, berulang rutinitas pergi pulang ke kantor. Bahkan banyak juga yang setelah dari kantor justru refreshing ke tempat lain yang dianggap lebih menyenangkan. Definisi rumah hanya sekadar tempat singgah, tidur, setelah seharian di luar. Pun keluarga yang ada di rumah, harus rida menerima waktu sisa bercampur lelah dari suami, istri atau anak.

Lalu, datanglah Covid-19 secara tiba-tiba dan mengharuskan kita yang merasa sibuk ini, untuk berada di rumah. Just stay at home. Bekerja dari rumah, belajar dari rumah, dan beribadah dari rumah. Semula kita mempertanyakan ujian ini.

Tapi bukankah selalu ada kebaikan dalam setiap peristiwa yang ditakdirkan-Nya? Ternyata, inilah waktu terbaik dari Allah bagi kita untuk kembali kepada keluarga. Yang semula jarang pulang kepada orangtua, kini pulang. Suami atau istri yang biasanya sibuk bekerja seharian, kini diam di rumah, menjadi full time parent untuk anak-anaknya. Aktivitas dari bangun hingga tidur lagi kini dilakukan bersama. Seakan kita belajar mencintai kembali keluarga kita.

Sepertinya Allah menginginkan kita berkomunikasi dengan baik kepada keluarga. Dan di atas itu semua, fondasinya adalah Allah menghendaki kita, satu keluarga utuh beribadah, beramal shalih bersama.

Masya Allah, ada banyak pelajaran berharga untuk setiap anggota keluarga di masa Covid-19 ini. Keluarga adalah ladang amal kita untuk sabar dalam mendidik, mendampingi anak-anak yang mulai beranjak dewasa. Mengajarkan nilai tauhid dan keyakinan kepada Allah bahwa musibah ini adalah bentuk kasih saying-Nya. Mengajarkan keluarga akhlak yang baik. Jangan sampai di luar sana kita dianggap manusia baik, sementara anak atau suami istri di rumah masih memiliki perilaku yang belum baik.

Beribadah bersama, hal yang selama ini jarang sekali dilakukan. Dan masih banyak amal shalih lain dalam kebersamaan di rumah. Inilah yang dikehendaki Allah yang tersurat di banyak ayat Al-Quran, seperti di Surah at-Tahrim [66]: ayat 6, bahwa setiap kita bertanggung jawab untuk menghindarkan diri dan keluarga dan api neraka. Dengan jeda sejenak di rumah, kita akan mereview dan memperbaiki kualitas amal keluarga, agar kebersamaan ini tidak hanya di rumah dan dunia, tapi berlanjut hingga kelak di surga. Sebagaimana yang digambarkan dengan sangat indah di Surah ar-Ra’d [13]: 22-24, masya Allah berombongan orangtua, anak, cucu yang shalih masuk ke surga dan mendapat salam dari malaikat.

Karena itu, bersyukurlah tiada henti. Berterima kasih kepada Allah yang telah memulangkan kita ke rumah, kepada keluarga tercinta. Karena hanya keluarga tempat bersandar, yang akan menerima apa adanya, bagaimana pun kondisi kita. Baik saat sukses, pun saat terpuruk. Saat sehat atau sakit. Maka bahagiakan orangtua, anak dan anggota keluarga. Kita tidak pernah tahu apakah waktu kita cukup untuk mereka. Manakala salah satu dari orangtua wafat terlebih dahulu, yang ada hanya penyesalan karena tidak dapat memaksimalkan waktu bahagia dengannya. Atau suami, istri atau anak yang kita cintai. Manfaatkan momen di rumah ini dengan merajut bahagia bersama agar hanya ada kenangan yang indah saat waktu kita atau mereka terhenti. (Nurhayati)