Menjadi Orangtua Sesuai Sunnah

Peran sebagai orangtua di era kini bisa jadi merupakan perkara yang jauh lebih rumit ketimbang ketika orangtua membesarkan kita. Karena saat ini, zaman sudah sedemikian rupa menjauh dari ajaran agama. Sebagian pengaruh budaya luar telah membuat rusak generasi muda kita.

Entah dengan pergaulan bebas, narkoba, ajakan atau lainnya yang tentu kurang selaras dengan ajaran Islam. Maka, menjaga buah hati kita dari hal-hal tersebut adalah tanggung jawab yang harus ditunaikan setiap orangtua. Al-Quran pun sangat mengingatkan agar setiap orangtua berupaya sekuat tenaga memelihara diri, keluarga, dan anak-anaknya dari siksa neraka (QS. at-Tahrim [66]: 6).

Artinya, ketika anak kita terjerumus jalan yang salah, pasti itu juga karena andil orangtua yang lalai mendidik anaknya. Sebenarnya, dalam mendidik anak, Rasulullah saw telah memberikan tuntunan kepada kita. Sehingga, orangtua tidak perlu repot mencari contoh orangtua sukses. Sayangnya, kita seringkali lupa mengimplementasikan sunnah tersebut. Semoga beberapa tuntunan berikut membantu mengevaluasi setiap kita agar menjadi orangtua sukses, insya Allah. Baik di dunia, terlebih di akhirat.

Orangtua Penyayang
Secara fitrah, tidak ada satu pun orangtua yang tidak mencintai anak-anaknya. Inilah modal awal orangtua dalam mendidik anaknya. Sayangnya tidak semua orangtua pandai mengekspresikan rasa sayang dan cintanya kepada anak. Apalagi ketika anak menjelang baligh atau remaja, orangtua mulai jarang memberikan sentuhan kasih sayang, seperti memeluk atau mencium anaknya. Padahal, bukti kecintaan ini sangat berperan mempererat hubungan emosional orangtua dan anak. Dan Rasulullah adalah sosok orangtua yang pandai sekali mengekspresikan rasa cintanya kepada anak-anak.

Dikisahkan dalam sirah nabi, betapa beliau sering bermain, menggendong dan menciumi cucunya. Bahkan, tatkala pulang dari bepergian pun, beliau menyempatkan diri menengok anak-anak. Bentuk perhatian ini membuat anak merasa sangat dihargai, sangat diperhatikan. Sehingga ia merasa memiliki rumah dan orangtuanya tempat yang paling nyaman untuk berlabuh. Maka ia tidak akan berpikir untuk mencari perhatian di luar rumah dan insya Allah, anak kita akan terhindar dari pergaulan yang salah.

Sebaliknya, orangtua yang jarang mengekspresikan rasa sayangnya, bahkan kurang lembut atau bersikap kasar kepada anaknya, sesungguhnya membuat anak merasa tidak betah di rumah dan membuatnya lari mencari lingkungan yang menurutnya lebih baik kepadanya. Benarlah apa yang dijelaskan al-Quran, sekiranya bukan dengan kelembutan atau dengan bersikap keras, kasar, pastilah siapa pun akan menjauh, lari dari kita (QS. Ali Imran [3]: 159). Mengapa? Karena sebenarnya setiap orang sangat suka jika diperlakukan dengan penuh kasih sayang. Begitu pun anak-anak kita.

Orangtua sebagai Teladan
Sejak dalam kandungan, anak adalah peniru terhebat dari orangtua dan lingkungannya. Dan, adalah fitrah manusia pula, yang lebih gampang mengerjakan sesuatu yang telah dicontohkan sebelumnya. Maka, jika ingin memiliki anak yang saleh, kita pun harus menjadi teladan dalam kebaikan. Akan sulit jika orangtua hanya menuntut dan berharap anaknya berubah, tanpa diimbangi dengan contoh dari orangtua.

Mulailah perubahan dalam keluarga kita dengan rumus 3M Aa Gym. Jangan menyuruh sesuatu yang kita sendiri belum melaksanakannya. Hal ini membuat orangtua kian terpacu untuk lebih baik, karena ia ingin anaknya pun meniru apa yang ia kerjakan. Maka, tugas spesial orangtua adalah menjadi teladan dalam segala hal, baik dari ibadah kepada Allah, dalam hal akhlak sehari-hari, atau lainnya. Yakinlah, orangtua yang saleh dan baik perilakunya, berpeluang pula memiliki anak yang saleh dan berakhlak mulia, insya Allah. Kalau pun belum, inilah ladang amal besar, ujian dari Allah agar kita lebih berjuang memelihara anak-anak kita.

Orangtua Penyabar, sekaligus Tegas
Salah jika ada yang nmengatakan sabar ada batasnya. Sesungguhnya sabar tidak berbatas. Inilah senjata seorang mukmin. Namun, orangtua seringkali kurang sabar menghadapi sikap anak yang menurutnya melampaui batas. Akibatnya, orangtua menjadi marah kepada anaknya. Padahal, marah yang tidak tepat sikonnya dapat berdampak lebih buruk bagi anak. Kabur misalnya, atau jadi memusuhi dan benci kepada orangtua. Nah, orangtua yang kuat adalah orangtua yang pandai mengendalikan marahnya, tidak asal mengumbar kekesalan semata.

Selain sabar, orangtua juga harus dapat bertindak tegas, bukan keras ketika ada anak yang berbuat kesalahan. Terutama pada hal-hal yang seharusnya tidak boleh diabaikan anak, salat misalnya. Ketika usianya sudah baligh dan ia tidak salat, kita harus bertindak tegas, mengingatkan dan memberikan pengertian tentang pentingnya salat. Bahkan, bila diperlukan, buat sangsi atau hukuman, agar anak belajar menerima konsekuensi dari kesalahan yang ia lakukan. Dan, hukuman fisik hendaknya menjadi alternatif terakhir dalam mendidik anak. Itu pun harus sangat adil dan tidak dilakukan pada bagian tubuh yang fatal.

Orangtua Berilmu
Di era ini, orangtua yang menguasai informasilah yang akan sukses. Karena ia dapat mengajari anak-anaknya tentang berbagai hal. Maka, adalah wajib bagi orangtua untuk terus belajar, membaca, agar dapat memberikan pendidikan terbaik kepada anaknya. Karena tanpa ilmu yang memadai, sangat tidak mudah menjadi orangtua. Apalagi akan ada suatu saat ketika anak bertanya kepada orangtuanya. Jika orangtua tidak bisa memberikan jawaban terbaik, khawatir anak akan mencari jawaban di luar dan boleh jadi ia mendapat informasi keliru.

Menjadi orangtua bisa jadi sebuah fase kehidupan yang mesti dilewati setiap kita. Namun, menjadi orangtua terbaik, yang sukses membesarkan anak-anaknya dengan penuh kasih adalah pilihan sadar yang harus diikhtiarkan. Semoga Allah memampukan kita mengemban amanah ini. (daaruttauhiid)