Aa Gym: 2 Hal Yang Menyebabkan Gagal Menjadi Orang yang Mulia
DAARUTTTAUHIID.ORG | Dalam hidup ini, kalau seseorang melakukan perbuatan buruk maka yang paling rugi adalah dirinya sendiri. Tidak mungkin setiap balasan yang kita lakukan akan tertukar dengan orang lain, baik secara jumlah besar maupun kecil.
Di dunia ini juga ada orang-orang yang termasuk ke dalam teman setan, hal ini sebagaimana yang telah disebutkan oleh Alloh Ta’ala dalam surat Al-isra ayat 26-27 yang artinya:
“Dan berikanlah kepada keluarga-keluarga yang dekat akan haknya, kepada orang miskin dan orang yang dalam perjalanan dan janganlah kamu menghambur-hamburkan (hartamu) secara boros (26), “Sesungguhnya pemboros-pemboros itu adalah saudara-saudara setan dan setan itu adalah sangat ingkar kepada Tuhannya.”
Kalau kita ingin bahagia, ingin mulia, dan ingin selamat, maka ketahuilah itu semua milik Alloh Ta’ala. kalau ingin mendapatka itu semua, maka fokus kita adalah mendekat diri kepada Alloh Ta’ala. Melakukan hal-hal yang disukai dan diridhoi oleh Alloh Ta’ala.
Ada dua orang yang gagal dalam mendapatkan kemulian di sisi Alloh Ta’ala:
Pertama, kurangnya pemahaman agama. Sehingga membuat ia tidak mengenal Alloh dengan baik, tidak mengenal kebaikan-kebaikan yang ada di dunia ini, dan tidak memahami konsekuensi-konsekuensi setiap tindakan yang dilakukan.
Kedua, lemah jiwa. Orang yang lemah jiwanya akan mudah memperturuti hawa nafsunya. Orang yang lemah jiwa akan mudah dikalah oleh amarah, syahwat, kemalasan, dan kecintaan terhadap dunia. Orang-orang lemah ini akan mudah terjatuh ke dalam tipu daya setan.
Hawa nafsu diciptakan agar kita senantiasa menuhankan hawa nafsu itu sendiri. Nafsu itu punya tabiat menyukai sesuatu yang dilarang oleh Ta’ala. Nafsu itu sangat tidak menyukai kebaikan atau amal shaleh.
Nafsu lebih menyukai tidur daripada tahajud, nafsu lebih menyukai malas daripada belajar, nafsu lebih menyukai maksiat daripada taubat, nasfu lebih menyukai makan terus daripada puasa sunah. Jadi hawa nafsu itu hanya menyukai keburukan.
Hawa nafsu itu sebagai jalan bagi setan membisikan kemaksiatan. Siapapun yang mengikuti bisikan tersebut maka ia termasuk menjadi teman atau saudaranya setan. (KH. Abdullah Gymnastiar)