Aa Gym: Bahaya Orang yang Merasa Amalnya Paling Banyak

DAARUTTAUHIIID.ORG | Jika seseorang pernah merasa punya amal banyak, maka berhati-hatilah karena dapat menjadikan celaka. Seorang santri bertanya tentang ungkapan perasaan seorang hamba yang merasa banyak dosa.

Hamba itu mengharapkan surga, akan tetapi dia merasa tak pantas untuk mendapatkannya. Dia pun merasa dirinya lebih pantas di neraka, akan tetapi dia sangat tidak menginginkannya. Lalu, hamba ini termasuk contoh orang seperti apa?

Merasa banyak dosa itu sesungguhnya jauh lebih baik dibanding merasa banyak amal. Orang yang merasa banyak amal biasanya akan sombong. Lain halnya dengan orang yang merasa banyak dosa, dia akan memperbanyak tobat.

Namun demikian, penting untuk diingat, kalau merasa banyak dosa itu bukan berarti harus mengumumkan dosa-dosa yang pernah dilakukan, bukan membuka aib diri. Kita bisa jadi kufur nikmat karena selama ini Allah Ta’ala telah menutupi dosa dan aib kita.

Orang yang merasa berdosa seolah-olah melihat gunung yang akan jatuh menimpanya, merasa sangat terancam dengan dosanya sehingga dia sangat sedih dan banyak bertobat, dan merasa sangat sulit untuk sombong.

Orang yang berdosa terus berharap ampunan dan rahmat Allah Ta’ala. Orang semacam inilah yang termasuk orang beruntung. Berbeda dengan orang celaka, dia tidak mampu melihat atau menyadari dosanya sendiri.

Sedangkan orang yang merasa suci, mulia, dan calon ahli surga Orang semacam ini melihat dosanya bagaikan melihat lalat yang dianggap remeh. Dia cenderung ujub dan takabur pada amalnya. Inilah bahaya terbesar dalam hidup. Dia tidak sadar kalau hidup penuh dengan dosa

Marilah kita bertobat. Persoalan terbesar dalam hidup ini adalah ketika memiliki banyak dosa, tetapi tidak merasa terancam dan tidak pula sanggup bertobat.

 “Wahai Tuhanku! aku bukanlah orang yang pantas masuk surga, tetapi aku juga tidak mampu menahan panasnya api neraka. Maka terimalah tobatku, dan ampunilah dosa-dosaku. Karena hanya Engkau-lah yang dapat memberi maaf atas dosa-dosa yang besar.”

“Dosaku bagaikan bilangan pasir, terimalah tobatku wahai Tuhanku yang memiliki keagungan. Umurku ini setiap hari berkurang, sedang dosaku selalu bertambah, bagaimana aku menanggungnya.”

(KH. Abdullah Gymnastiar)