Aa Gym: Jangan Menunda Tobat, Mati Itu Rahasia Alloh
DAARUTTAUHIID.ORG | Jangan menunda tobat, bagaimana kalau kita meninggal dalam keadaan bergelimang dosa? bagaimana keadaan alam bazrah kita? bagaimana keadaan kita nanti di padang mahsyar? Bagaimana kita mempertanggungjawab segala dosa-dosa kita? Dan mau dibawa kemana dosa maksiat yang kita lakukan?
Ada satu pertanyaan yang harus selalu kita tanyakan dalam diri kita, yaitu kapan terakhir air mata kita berlinang karena menangisi segala dosa-dosa yang pernah kita lakukan. Kalau ada diantara kita yang jarang sekali menangisi dosa-dosanya, itulah masalah yang sangat besar dalam hidup. Karena tanpa ampunan Allah kita tidak akan pernah selamat.
Janganlah menganggap remeh perbuatan maksiat. Berapa banyak orang yang mati dalam keadaan maksiat, mati dalam keadaan berzina, mati dalam keadaan mabuk, mati dalam keadaan mencuri dan perbuatan maksiat lainnya. Ibnu umar pernah mengingatkan kita, jika orang terus-menerus melakukan berbuat maksiat maka 2 kemungkinannnya, diantaranya ialah
Pertama, akan dibuka oleh Allah maksiat-maksiat yang sedang ia lakukan. Berapa banyak yang berzina ketahuan, para koruptor yang tertangkap, dan tidak bosa sembunyi jika Allah sudah menetapkannya. Kedua, ada yang lebih batal jika terus melakukan kemaksiatan yaitu akan dimatikan oleh Allah dalam keadaan maksiat, karena ia sudah sampai pada tingkat istijrad.
Jangan menunda tobat dan jangan memunda meminta maaf. Jangan menunggu lebaran baru meminta maaf, bagaimana kalau kita meninggal atau jemput ajalnya sehari sebelum lebaran dan boleh jadi di malam takbiran, jangan juga menunda minta maaf menunggu besok, siapa tahu malam ini memang jadwal kematian kita dijemput oleh Allah, selagi ada waktu maka segerakan jangan ditunda.
Jangan merasa gensi untuk meminta maaf, silahkan pilih apakah kita ingin meminta maaf di dunia atau di akhirat. Kalau di akhirat belum tentu juga di maafkan oleh orang yang bersangkutan, kalau kita sudah meminta maaf, kemudian orang tersebut tidak memaafkan maka itu persoalan lain, serahkan atau tawakal kepaada Allah. Tugas kita hanya meminta maaf dengan tulus, selanjutnya Allah yang membolak-balikan hati seseorang. (KH. Abdullah Gymnastiar)