Aa Gym: Sedih Karena Orang yang Kita Cintai Meninggal, Begini Solusinya

DAARUTTAUHIID.ORG | Bagaimana sikap kita jika seorang yang kita cintai wafat atau meninggal? Pada dasarnya hal itu sesuatu yang dapat dimaklumi jika seseorang sedih dan menangis jika orang yang dicintai meninggal. Sebagaimana Nabi Ibrahim bersedih dan menangis mengeluarkan air matanya ketika anaknya meninggal.

Air mata itu bukan menunjukan ketidakridhoan kepada takdir Alloh Ta’ala, akan tetapi sebagai tanda kasih sayang karena kehilangan orang yang kita cintai.

Hal yang harus kita lakukan adalah ridho dengan ketetapan Alloh Ta’ala, karena kematian adalah sesuatu yang sudah ditetapkan ajalnya. Kalau ajal seseorang telah tiba, maka tidak satu orang pun yang mampu menolak ataupun menunda. Hal ini sebagaimana firman Alloh Ta’ala yang disebutkan dalam Al-Quran yang artinya:

“Dan setiap umat mempunyai ajal (batas waktu). Apabila ajalnya tiba, mereka tidak dapat meminta penundaan atau percepatan sesaat pun.” (QS. Al-Araf: 34)

Kalau mengingat orang yang kita cintai telah meninggal, maka segeralah mengingatlah Alloh Ta’ala, agar Alloh menurukan ketenangan di dalam diri kita. Lakukanlah amalan-amalan yang mengalir pahalanya kepada orang yang kita cintai. Seperti membaca membaca Al-Fatihah, bersedekah, dan lain-lainnya.

Aa sendiri pernah merasakan ketika seorang ibu meninggal, kala itu Aa sedang umroh di mekah. Lalu ketika ibu meninggal, sepertinya belum siap langsung ke rumah ibu. Karena merasa sedih ketika melihat hal-hal yang berkaitan dengan ibu. Seperti pakaian-pakaian ibu dan lain-lainnya.

Kalau kita berlarut-larut dalam kesedihan, lebih banyak mengingat kepada sesuatu yang sudah mati, dan banyak mengingat Alloh, maka hal itu tidak akan baik bagi diri sendiri. Bahkan kita lalai dengan Alloh dan tidak mau menerima takdir Alloh.

Menghilangkan kesedihan dalam diri bukan sesuatu yang instan. Akan tetapi butuh waktu dan proses untuk menerima semuanya. Oleh karenanya, pandai-pandailah dalam mengambil hikmah dalam setiap musibah yang menimpa kita, bahwa setiap kehidupan ini ada perpisahannya dan kita harus siap dengan persiapannya. (KH. Abdullah Gymnastiar)