Adab Kepada Tamu

Adab Kepada Tamu

Salah satu bukti keimanan seorang Muslim kepada Allah Ta’ala dan hari akhir adalah salah satunya ia memuliakan tamunya, sehingga ia akan menempatkannya sesuai dengan kedudukannya. Memuliakan tamu adalah upaya untuk memelihara silaturahim dengan saudara terutama sesama Muslim. Hal ini sesuai dengan sabda Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam,

مَنْ كَانَ يُؤْمِنُ بِاللهِ وَاْليَوْمِ اْلأخِرِ فَلْيُكْرِمْ ضَيْفَهُ

“Barang siapa yang beriman pada Allah dan hari akhir maka hendaklah dia memuliakan tamunya.” (HR. Bukhari)

Berikut adalah beberapa hal yang mesti dilakukan ketika menerima tamu:

Pertama, bersikap sopan saat menerima tamu. Ketika kedatangan tamu, wajib bagi seorang Muslim menjaga sikap dan tata caranya berpakaian agar tetap terlihat sopan saat menerima tamu. Hal ini dilakukan agar tamu merasa dihormati kedatangannya. Selain itu, sambutlah tamu dengan penuh kehangatan dan keramahan supaya tali silaturahim semakin erat.

Kedua, memberikan jamuan. Menyediakan jamuan kepada tamu yang berkunjung seperti minuman dan makanan. Jangan sampai tamu yang berkunjung merasa kehausan atau kelaparan. Memuliakan tamu dan menyediakan hidangan untuk tamu makan semampunya saja. Akan tetapi, tetap berusaha sebaik mungkin untuk menyediakan makanan yang terbaik yanag akan dihidangkan untuk tamu. Allah Ta’ala berfirman yang mengisahkan Nabi Ibrahim ‘alaihis salam bersama tamu-tamunya:

فَرَاغَ إِلَىٰٓ أَهۡلِهِۦ فَجَآءَ بِعِجۡلٍ۬ سَمِينٍ۬ (٢٦) فَقَرَّبَهُ ۥۤ إِلَيۡہِمۡ قَالَ أَلَا تَأۡكُلُونَ (٢٧)

“Dan Ibrahim datang pada keluarganya dengan membawa daging anak sapi gemuk kemudian ia mendekatkan makanan tersebut pada mereka (tamu-tamu Ibrahim-ed) sambil berkata: ‘Tidakkah kalian makan?.” (Qs. Adz-Dzariyat: 26 – 27).

Ketiga, tidak membedakan-bedakan tamu. Tidak mengkhususkan mengundang orang-orang kaya saja, tanpa mengundang orang miskin, berdasarkan sabda Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam,

“Sejelek-jelek makanan adalah makanan walimah di mana orang-orang kayanya diundang dan orang-orang miskinnya ditinggalkan.” (HR. Bukhari Muslim)

Keempat, menyambut dengan mengucapkan selamat datang. Disunnahkan mengucapkan selamat datang kepada para tamu sebagaimana hadits yang diriwayatkan dari Ibnu Abbas radhiyallahu ‘anhu, bahwasanya tatkala utusan Abi Qais datang kepada Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam, Beliau bersabda,

مَرْحَبًا بِالْوَفْدِ الَّذِينَ جَاءُوا غَيْرَ خَزَايَا وَلاَ نَدَامَى

“Selamat datang kepada para utusan yang datang tanpa merasa terhina dan menyesal.” (HR. Bukhari)

Kelima, hendaknya mengantarkan tamu yang mau pulang sampai ke depan rumah. Ketika tamu hendak pulang, tuan rumah tidak sekedar mengucapkan kalimat perpisahan atau salam saja, tetapi baiknya tuan rumah mengantarkan tamunya sampai depan rumah kita. Atau jika tamu kita membawa kendaraan kita bisa mengantarkan tamu kita sampai kendaraannya. Wallahu a’lam bishowab.

(Shabirin)