Akrab dan Mudah

Qariib

Qariib berarti dekat, akrab. Datangnya qariib adalah dari hati yang selalu tawadhu (rendah hati), semakin seseorang rendah hati maka semakin mulia ia di hadapan Allah Ta’ala. 

Dari Abu Hurairah, ia berkata bahwa Rasul shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,

مَا نَقَصَتْ صَدَقَةٌ مِنْ مَالٍ وَمَا زَادَ اللَّهُ عَبْدًا بِعَفْوٍ إِلاَّ عِزًّا وَمَا تَوَاضَعَ أَحَدٌ لِلَّهِ إِلاَّ رَفَعَهُ اللَّهُ

“Sedekah tidaklah mengurangi harta. Tidaklah Allah menambahkan kepada seorang hamba sifat pemaaf melainkan akan semakin memuliakan dirinya. Dan juga tidaklah seseorang memiliki sifat tawadhu’ (rendah hati) karena Allah melainkan Allah akan meninggikannya.” (HR. Muslim no. 2588).

Begitupun dengan semakin ia rendah hati maka orang lain disekitarnya akan semakin nyaman berada di dekatnya. Karena Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam merupakan contoh manusia yang memiliki kemuliaan yang tinggi, dan menjadi puncak hamba yang memiliki kerendahan hati, sehingga setiap orang selalu senang jika dekat dengan beliau kecuali orang-orang yang memusuhi dakwah beliau. Berbeda dengan orang sombong yang merasa dirinya lebih tinggi dibandingkan orang lain, sehingga perilaku ini akan menyebabkan orang lain tidak akan nyaman ketika dekat dengannya.

Sahl

Sahl memiliki arti mudah. Yassiruu walaa tu’assiruu, basyiruu walaa tunaffiruu yang artinya permudahlah dan jangan dipersulit, berilah kabar gembira dan jangan ditakut-takuti. Itu merupakan anjuran Rasul dalam menyampaikan dakwah. Jadi segala sesuatu yang hendak kita jalani jangan kita buat menjadi rumit.

Datangnya sahl adalah dari orang yang mampu mengendalikan hawa nafsunya, sebab seseorang menjadi ribet dalam menjalankan sesuatu hal adalah karena hawa nafsunya, segala urusannya dipersulit, dicari-cari kesalahannya, mendramatisir, dibuat menjadi tegang, menjadi berbelit-belit. Tetapi bukan juga kita menggampangkan sesuatu hal, yang sering menyebabkan masalah menjadi semakin besar adalah karena kita tidak mencoba untuk menyelesaikan dengan cara-cara yang mudah, selalu kita mencari hal-hal rumit yang membuat masalah muncul.

Misalkan cara seseorang meminta maaf, baiknya seseorang meminta maaf adalah dengan langsung menyampaikan maafnya kepada orang lain karena kesalahannya. Tapi orang yang ribet atau tidak mencari cara mudah, ia akan berputar-putar dulu membicarakan sebab dari permasalahannya kemudian membahas juga kesalahan-kesalahannya baru ia menyampaikan maafnya. Padahal ia bisa saja hanya mengakui kesalahan dan meminta maaf langsung, tidak perlu berbelit-belit. Dan begitupun sebaliknya ketika ada orang lain yang meminta maaf kepada kita maka kita tidak perlu berbelit-belit untuk hanya sekadar memberikan maaf kepada orang lain.