Bermujahadah untuk Kebersihan Hati

Saudaraku, ada tiga hal yang dilakukan Rasulullah dalam membina umat. Pertama adalah tazkirah (memberikan peringatan), kedua adalah mengajar, dan yang ketiga adalah tazkiya (menyucikan jiwa). Jadi, Rasulullah membina umat dengan  memberikan peringatan, mengajar, dan membersihkan hatinya. Nah, menyucikan hati ini agak jarang dilakukan.

Jadi, sebetulnya pertengkaran itu bukan karena perbedaan pendapat, tapi karena tidak mau kalah. Nafsu ingin menang itu yang sebenarnya jadi masalah, bukan perbedaan pendapat. Maka, mudah-mudahan dengan adanya tulisan ini kita jadi ingat dan semakin paham.

Ayo kita bermujahadah. Ingat rumus 2B2L. Mujahadah kita yang pertama adalah B pertama, yakni berani mengakui kelebihan dan jasa orang lain. Ini tidak mudah, dan banyak yang gagal. Kita lihat kelebihan orang lain jatuhnya malah dengki. Ini perlu latihan, karena betapa banyak ilmu yang tidak bisa kita raih karena kita tidak bisa mengakui kelebihan orang lain. Setiap jumpa dengan orang, kita jumpa dengan ilmu.

Allah mengajari kita lewat setiap kelebihan orang yang kita temui. Tidak ada pertemuan kebetulan dan tidak ada pertemuan sia-sia. Bertemu dengan siapa pun adalah ilmu. Asal mau pakai hati. Kasus Ahok itu, ilmu bagi kita. Bagaimana lisan tidak terjaga, bisa masuk penjara. Jangan sampai ketika membicarakan beliau tapi di saat yang sama mulut kita sama jeleknya. Tidak bisa mengendalikan amarah itu masalah. Kalau melihat orang, lihatlah kebaikannya, dan itu tidak pernah rugi karena Allah menciptakan kelebihan dan kekurangan. Semuanya menguntungkan bagi kita.

Makanya awali dengan berani mengakui kelebihan. Banyaknya ilmu tidak akan kelihatan karena banyaknya dengki dan tidak berani mengakui kelebihan dan jasa orang. Gagalnya kita maju itu, karena kita enggak bisa melihat kelebihan orang.

Kalau kita enggak mau mengakui jasa orang, berarti kufur nikmat, karena orang yang paling syukur ke Allah adalah yang paling terima kasih kepada manusia. Bagaimana kita bisa berterima kasih kalau tidak mengakui jasanya. Mengapa ada anak yang durhaka kepada orangtua? pasti dia tidak bisa melihat jasa dan pengorbanan orangtuanya. Mengapa ada murid yang tidak tahu diri kepada gurunya? pasti gak lihat jasa dan pengorbanan guru untuk dirinya. Padahal, kita bisa begini kan karena jasa guru yang berjamaah mendidik kita. Harus jadi kebiasaan kita untuk mengingat jasa dan kebaikan orang.

B yang kedua adalah bijak terhadap kekurangan dan kesalahan orang. Kalau ada orang yang berbuat salah, kita harus naik kualitasnnya. Kalau ada orang yang baik ke kita, kita juga harus naik kualitasnya. Apa yang kita inginkan, lakukan juga kepada orang lain. Kalau mau nasihati, bersembunyilah dan maafkan sebelum dia minta maaf. Jangan diungkit-ungkit, jangan disebut-sebut, jangan dibeberkan, dan lakukan ini lillahi ta’ala. Allah akan menutupi aib-aib kita.

Allah tahu apa yang kita lakukan, baik yang terang-terangan maupun yang sembunyi-sembunyi. Jadi, jika suatu saat ada orang yang berbuat salah ke kita, ini ladang untuk kita. Jangan berpuas-puas diri memojokkan orang. Kita dihargai orang bukan karena hebat, tapi karena Allah menutupi aib kita, menutupi kekurangan, dan kesalahan kita. Kita ingin diampuni oleh allah, ditutupi aib, maka mengapa kita tidak berbuat seperti itu untuk orang lain.

Jika ada orang yang berbuat buruk kepada kita, ini kesempatan emas untuk kita meng-upgrade kebaikan kita. Pertama, bersyukur kepada Allah karena bukan kita yang berbuat buruk tersebut. Kedua, maafkan dia dan doakan kebaikan bagi dia. Kalau dia ngomong jelek, keluarkan kata-kata baik karena Allah melihat yang kita lakukan, dan itu yang kembali ke kita. Kalau dia menghina kemudian kita hina lagi, apa bedanya kita dengan dia. Mau apa sekolah tinggi-tinggi kalau bisanya cuma meniru keburukan orang.

Ketiga, L pertama adalah lupakan kebaikan dan jasa diri. Apa urusan kita mengingat-ingat kebaikan kita. yang berbuat baiknya juga Allah. Asal tahu saja, kalau kita sedekah ke anak yatim, itu rejekinya anak yatim yang dititipkan ke kita. Kalau kita ikhlas, tidak merasa kita yang ngasih, maka itu yang jadi amal kita. Tapi jika kita mersa itu amal kita, maka hilanglah pahalanya sedangkan rejekinya tetap sampai kepada penerima.

Kita tidak ada urusan dengan pujian dan penilaian orang. Urusan kita hanya satu, yakni amal kita diterima oleh Allah. Perlukah kita dianggap sebagai orang baik? Tidak perlu. Karena yang kita butuhkan adalah kita menjadi orang yang baik.

Keempat, L yang kedua, yaitu lihat kekurangan dan kesalahan diri. Manusia yang hebat adalah manusia yang paling bisa berubah. Siapa manusia yang paling bisa berubah? Dialah yang paling bisa melihat apa yang harus dia ubah. Jika melihat kesalahan istri, harusnya mata melihat kesalahan istri dan hati melihat kesalahan sendiri. Itulah yang akan menjadi awal kebaikan.

Remuknya hati, menyesal, dan mengakui kesalahan diri adalah gerbang terbukanya pintu tobat dan ampunan Allah. Makanya hati-hati, berapa banyak waktu kita melihat kesalahan orang dan berapa banyak waktu kita melihat kesalahan diri.

Sepahit apa pun, bisa diubah oleh Allah kalau dengan air mata tobat. Dan tidak bisa keluar air mata tobat kecuali dengan sibuk mengorek dan membuka aib sendiri. Penghinaan orang itu kecil sekali dibandingkan kehinaan sesungguhnya yang tidak diketahui orang lain, tapi diketahui oleh Allah SWT.

Mudah-mudahan lebih banyak menangisi dosa daripada menangisi masalah, karena masalah itu adalah buah dari dosa. Kalau dosanya kita tobatin, masalahnya akan beres sendiri, karena yang bahaya bukan masalahnya tapi dosa yang mengundang masalah. (KH. Abdullah Gymnastiar)