Ciri Hamba Ahli Doa

“Jangan menuntut Allah karena terlambatnya permintaan yang telah engkau meminta kepada-Nya. Tetapi hendaknya engkau koreksi dirimu, tuntut dirimu supaya tidak terlambat melaksanakan kewajiban kewajiban terhadap Allah, Rabbmu.” (Ibnu Atha’illah, Al-HIkam).

Doa adalah saripatinya ibadah. Doa pun dinamai sebagai senjatanya orang-orang beriman. Dengan doa, orang beriman bisa dekat dengan Allah, bisa berkomunikasi dengan-Nya, bisa mendapatkan apa yang diinginkannya, dan terhindar dari apa yang bisa membahayakannya. Bagi hamba-hamba-Nya, Allah Azza wa Jalla sudah memberikan jaminan untuk mengijabah setiap doa yang dipanjatkan. Terkecuali hamba itu sendiri yang menghalanginya dengan aneka perbuatan dosa.

Maka saudaraku kita tidak perlu lagi ragu dengan janji Allah. Mustahil baginya bahwa dia ingkar janji. Allah Mahasuci dari aneka perbuatan tercela. Yang harus kita ragukan adalah apakah doa tersebut mengubah diri kita ataukah tidak. Inilah yang layak untuk senantiasa kita tanyakan kepada diri kita.

Lalu apa saja ciri seorang ahli doa, pertama dia memiliki tujuan yang jelas dalam hidup. Doa adalah target kehidupan. Orang yang baik doanya akan terprogram, hidupnya memiliki target dan perencanaan untuk memenuhi target tersebut. Sebab ketika dia memohon sesuatu kepada Allah, dia pun akan dituntut untuk berikhtiar mendapatkan sesuatu tersebut.

Konkretnya ketika kita minta jodoh yang saleh/salehah misalnya, kita pun dituntut untuk memprogram dan merencanakan. Di antaranya membuat planning kapan kita menikah, apa yang harus dipersiapkan, di mana mencari jodoh dengan kriteria saleh/salehah tersebut dan sebagainya. Maka seorang ahli doa akan sangat perhatian dengan momen-momen ijabahnya doa. Dia tidak akan menyia-nyiakan kesempatan itu untuk memohon kepada Allah.

Ketika turun hujan berdoalah, ketika akan sedang dan setelah turun dari kendaraan berdoalah. Ketika berjalan berdoalah. Dan sebaik-baik doa adalah yang dicontohkan Al-Quran dan Rasulullah  Shallallahu alaihi wasallam.

Kedua, dia akan bersifat wara’. Seorang ahli doa tidak akan mau tersentuh barang haram. Sebab dia tahu kalau doa akan terhalang ketika di dalam tubuh kita terdapat barang haram. Rasulullah pernah menasehati Sa’ad bin Abi Waqqash. Ketika itu Sa’ad meminta Rasulullah untuk mendoakannya agar menjadi orang yang doanya senantiasa dikabulkan Allah Ta’ala. Maka Rasulullah bersabda, “Wahai Sa’ad perbaikilah makananmu. Makanlah makanan yang halal niscaya engkau akan menjadi orang yang selalu dikabulkan doanya. Demi jiwaku yang ada dalam genggaman-Nya sungguh jika ada seorang yang memasukkan makanan haram ke dalam perutnya tidak akan diterima amal-amalnya selama 40 hari. Dan seorang hamba yang dagingnya tumbuh dari hasil menipu serta riba maka neraka lebih layak baginya.“ (HR Ath-Thabrani).

Ketiga, seorang ahli doa akan senantiasa berbaik sangka kepada Allah. Dalam sebuah hadis qudsi disebutkan bahwa Allah itu sesuai prasangka hamba-Nya. Tidak enak, pahit atau menyengsarakan adalah persepsi kita. Allah tidak akan memberi ujian kecuali ada kebaikan di balik ujian tersebut. Ketika Allah tidak mengabulkan doa kita pasti ada yang lebih baik di balik tidak dikabulkannya doa tersebut. Hanya saja ilmu kita belum sampai pada hakikat itu.

Maka seorang ahli doa yang ditimpa berbagai ujian dia akan selalu yakin bahwa apa yang ditetapkan Allah baginya itu semata-mata buah cinta terindah dari-Nya. Dia sangat yakin bahwa Allah Ta’ala melimpahkan cobaan agar dirinya sadar dan menjauhi dari maksiat. Allah Ta’ala melimpahkan cobaan untuk menghapuskan dosa-dosa yang akan menyebabkan dirinya masuk neraka. Allah Ta’ala melimpahkan cobaan agar dirinya mengerti tabiat dunia lalu merindukan surga untuk bertemu dengan-Nya. Allah Ta’ala melimpahkan cobaan agar dirinya rida dengan perbuatan dan hikmah. Allah Ta’ala melimpahkan cobaan agar dirinya senantiasa mengingat nikmat darinya dan mensyukurinya. (KH. Abdullah Gymnastiar)