Fungsi Lisan yang Sebenarnya

Allah Ta’ala di dalam Al-Qur’an kurang lebih 50 kali menyebut namanya sebagai maha mendengar. Tidak ada satu pun yang tidak di dengar oleh Allah. Dimana pun dan kapan pun, walau pun semua makhluk mengeluarkan suara atau perkataan dengan nada, gaya, bahasa, pelan, dan keras, semuanya tidak ada yang tersembunyi. Semua akan disimak oleh Allah yang maha baik.

Sungguh, Allah telah mendengar ucapan perempuan yang mengajukan gugatan kepadamu (Muhammad) tentang suaminya, dan mengadukan (halnya) kepada Allah, dan Allah mendengar percakapan antara kamu berdua. Sesungguhnya Allah Maha Mendengar, Maha Melihat.” (QS. Al-Mujadilah: 1)

Jadi, dimana pun dan kapan pun kita berbicara pasti Allah mendengarkan, dalam kesendirian, menelpon diam-diam, tidak ada yang tidak terdengar, semuanya didengar oleh Allah, bahkan semua yang dirahasiakan Allah juga mengetahuinya. Setiap ucapan pasti dicatat oleh malaikat, selain tercatat juga pasti ada balasannya. Oleh karena itu berbicara bukan persoalan yang sederhana, berbicara itu memang mudah, tetapi kita akan banyak memikul beban dari perkataan ini.

Allah berfirman dalam Al-Qur’an yang Artinya:

Ataukah mereka mengira, bahwa Kami tidak mendengar rahasia dan bisikan-bisikan mereka? Sebenarnya (Kami mendengar), dan utusan-utusan Kami (malaikat) selalu mencatat di sisi mereka.” (QS. Az-Zukhruf: 80)

Rasullullah sallallahu ‘alaihi wasallam juga mengingatkan: “Barang siapa yang mampu menjaga diantara dua rahangnya (lidah) dan diantara dua kakinya (kemaluan), maka akan selamat menjadi ahli surga. Karena sebagian besar penghuni neraka itu dikarenakan dua hal itu”

Untuk apa sebenarnya Allah menciptakan lisan kita? Allah Ta’ala menciptakan lisan kita bukan sekedar untuk berbicara, tetapi bisa berbicara yang baik- baik, seperti menyebut asma Allah dan bersholawat, lisan ini juga punya tugas untuk menyampaikan sesuatu yang ma’ruf dan mencegah sesuatu hal yang mungkar.

Lisan ini hanya dua pilihannya berkata baik atau diam, karena itu merupakan tanda keimanan seseorang kepada Allah Ta’ala. Dalam riwayat lain dari Abu Hurairah disebutkan, “Siapa yang beriman kepada Allah dan hari akhir, hendaklah ia berkata baik atau lebih baik diam (jika tidak mampu berkata baik)” (HR: Bukhari dan Muslim).

Wallahu a’lam bishowab.

(KH. Abdullah Gymnastiar)

______________________

daaruttauhiid.org