Google dan Amazon Dukung Israel, Ratusan Mahasiswa Serukan Boikot

WASHINGTON – Lebih dari 550 siswa telah berjanji untuk menolak pekerjaan atau magang di Amazon dan Google sampai raksasa teknologi itu mengakhiri kontrak dengan pemerintah dan militer Israel.

Janji mahasiswa dibuat oleh gerakan “Apartheid Without Technology”, yang berusaha memaksa perusahaan untuk berhenti mengambil untung dari apartheid di Israel.

Pada Kamis (7/4), gerakan global dijalankan oleh Kelompok Jewish Voice for Peace

dan MPower Change, menurut majalah News Arab.

Sebelumnya, Amazon dan Google menandatangani perjanjian senilai lebih dari Rp 14 triliun pada Mei tahun lalu, yang disebut “Proyek Nimbus.” Kontrak tersebut adalah untuk menyediakan teknologi cloud kepada pemerintah dan militer Israel.

“Warga Palestina menjadi korban pengawasan dan kekerasan Israel. Dengan menyediakan teknologi canggih kepada pemerintah dan militer pendudukan Israel, Amazon dan Google membantu apartheid Israel menjadi lebih efektif, lebih keras, dan lebih mematikan bagi warga Palestina.”

“Sampai Amazon dan eksekutif Google memilih untuk berada di sisi kanan sejarah dan memutuskan kontrak mereka, kami berjanji untuk tidak menerima pekerjaan atau magang di Google atau Amazon. Teknologi harus digunakan untuk menyatukan orang, dan pemisahan dan pembersihan etnis tidak boleh dilakukan,” ujarnya.

Kampanye tersebut meminta mahasiswa di universitas di seluruh dunia untuk bergabung dengan karyawan Google dan Amazon sebagai protes kontrak mereka dengan militer Israel.

Pada Oktober tahun lalu, 90 karyawan Google dan 300 karyawan Amazon menentang kesepakatan itu dalam sebuah pernyataan yang diterbitkan oleh The Guardian dan menuntut agar majikan mereka memutuskan semua hubungan dengan militer Israel.

“Atasan kami menandatangani kontrak yang disebut Project Nimbus untuk menjual teknologi jahat kepada militer dan pemerintah Israel. Teknologi ini memungkinkan pengawasan lebih lanjut dan pengumpulan data tanpa izin tentang warga Palestina dan memfasilitasi praktik ilegal Israel di tanah Palestina. Perluasan pemukiman,” tulis staf tersebut.

Awal bulan ini, lebih dari 500 karyawan Google juga menandatangani petisi untuk mendukung seorang rekan Yahudi yang mengaku dipecat karena memprotes proyek Nimbus. Dia menuduh raksasa internet itu melakukan pembalasan yang tidak adil atas kegiatannya yang pro-Palestina. (Wahid)

Red: WIN

________________________

daaruttauhiid.org

Ref: Republika