Hakikat Salat

Salat adalah perintah Allah Subhanahu wa Ta’ala yang wajib dilaksanakan oleh setiap hambanya yang beriman, baligh, laki-laki maupun perempuan. Begitu pentingnya salat, hingga Rasulullah saw mengajarkan untuk menunaikannya dalam setiap keadaan. Jika tidak mampu sambil berdiri, maka sambil duduk. Jika tidak bisa sambil duduk, maka sambil berbaring. Jika tidak bisa sambil berbaring, maka dengan isyarat. Lalu jika tidak mampu lagi dengan isyarat maka disalatkan karena artinya orang tersebut sudah meninggal dunia. Nabi Muhammad bersabda, Salatlah dengan berdiri, apabila tidak mampu maka duduklah, jika masih tidak mampu maka berbaringlah. (HR. Bukhari).

Pesan yang disampaikan oleh Baginda Nabi Muhammad ini menunjukkan kedudukan salat dalam Islam. Dalam hadis yang lain Rasulullah bersabda, Pokok perkara adalah Islam, tiangnya adalah salat, dan puncak perkaranya adalah jihad. (HR. Tirmidzi).

Artinya, kalau kita bayangkan sebuah bangunan tinggi yang megah berdiri dengan tiang rapuh, maka ia pasti sangat mudah roboh. Sebaliknya, sesederhana apa pun sebuah bangunan jika memiliki tiang yang kuat maka akan berdiri kokoh serta tidak mudah roboh. Demikian halnya kedudukan salat bagi diri seseorang. Jika ia menjaga kualitas salatnya, maka ia akan menjadi pribadi yang tangguh. Sebaliknya jika seseorang memiliki kualitas salat yang lemah maka ia akan menjadi pribadi yang lemah pula mudah terombang-ambing; tidak punya prinsip sehingga gampang dijerumuskan oleh setan. Na’udzubillahi min dzalik.

Allah SWT berfirman:

وَاَقِيْمُوا الصَّلٰوةَ وَاٰتُوا الزَّكٰوةَ وَارْكَعُوْا مَعَ الرّٰكِعِيْنَ ﴿البقرة : ۴۳

Artinya: “Dan laksanakanlah salat, tunaikanlah zakat, dan rukuklah beserta orang yang rukuk.” (QS. al-Baqarah [2]: 43).

Dalam ayat yang lain Allah berfirman:

فَاِذَا قَضَيْتُمُ الصَّلٰوةَ فَاذْكُرُوا اللّٰهَ قِيَامًا وَّقُعُوْدًا وَّعَلٰى جُنُوْبِكُمْ ۚ

فَاِذَا اطْمَأْنَنْتُمْ فَاَقِيْمُوا الصَّلٰوةَ ۚ اِنَّ الصَّلٰوةَ كَانَتْ عَلَى الْمُؤْمِنِيْنَ كِتٰبًا مَّوْقُوْتًا ﴿النساء : ۱۰۳

Artinya: “Maka apabila kamu telah menyelesaikan salat(mu), ingatlah Allah ketika kamu berdiri, pada waktu duduk dan ketika berbaring. Kemudian, apabila kamu telah merasa aman, maka laksanakanlah salat itu (sebagaimana biasa). Sungguh, salat itu adalah kewajiban yang ditentukan waktunya atas orang-orang yang beriman.” (QS. an-Nisa’ [4]: 103).

Oleh karenanya, salat bukan hanya urusan gerakan dan bacaan semata. Tetapi jauh lebih besar dari itu, salat menjadi ciri khas bangunan keislaman pada diri seseorang. Kedudukannya berada pada peringkat kedua setelah syahadat. Menjadi amalan pertama di akhirat kelak, dan menjadi pembeda antara keimanan dan kekafiran.

Rasulullah saw bersabda, “Sesungguhnya amal hamba yang pertama kali akan dihisab pada hari kiamat adalah salatnya. Apabila salatnya baik, dia akan mendapatkan keberuntungan dan keselamatan. Apabila salatnya rusak, dia akan menyesal dan merugi. Jika ada yang kurang dari salat wajibnya, Allah Tabaraka wa Ta’ala mengatakan, ‘Lihatlah apakah pada hamba tersebut memiliki amalan salat sunah? Maka salat sunah tersebut akan menyempurnakan salat wajibnya yang kurang. Begitu juga amalan lainnya seperti itu. (HR. Abu Daud, Ahmad, Hakim, Baihaki).

Saudaraku, sudahkah menegakkan dan menyempurnakan salat dalam setiap detik kehidupan kita? Sudahkah kita menempatkan salat sebagai amalan utama dengan tidak melalaikannya apalagi meninggalkannya? Semoga kita bisa meluangkan waktu sejenak untuk menjawab dan menafakuri pertanyaan amat penting ini. (KH. Abdullah Gymnastiar)