Ikhtiar Memperbaiki Diri

Saudaraku, salah satu sikap penting yang hendaknya dimiliki dalam hidup adalah serius memperbaiki diri. Yakni perbaiki hubungan kita dengan Allah SWT. Boleh jadi salat kita masih banyak kekurangannya; sering tidak khusyu, sering terburu-buru atau tidak tuma’ninah (tidak terburu-buru/rileks), sering tertinggal salat berjamaah, atau sering terlambat menunaikannya. Perbaiki terus ibadah kita, tingkatkan terus kualitasnya.

Allah SWT berfirman, “…dan dirikanlah salat. Sesungguhnya salat itu mencegah dari (perbuatan- perbuatan) keji dan mungkar. Dan sesungguhnya mengingat Allah (salat) adalah lebih besar (keutamaannya dari ibadat-ibadat yang lain). Dan Allah mengetahui apa yang kamu kerjakan.” (QS. al-Ankabut [29]: 45).

Pahami, setiap keburukan yang terjadi merupakan akibat perbuatan buruk kita sendiri. Perbuatan buruk yang kita lakukan itu disebabkan buruk pula kualitas salat kita, sehingga nilai-nilai salat tidak membekas di dalam hati dan perbuatan kita. Sedangkan jika kualitas salat kita bagus, niscaya hati dan perbuatan kita pun akan bagus.

Oleh karena itu, ketika kita membicarakan salat maka yang sedang kita bicarakan bukanlah sebatas tata caranya, bacaan dan gerakannya, waktu-waktunya saja, melainkan juga sampai kepada dampaknya. Indah sekali Islam ini, setiap ibadah pasti memiliki banyak dimensi.

Ketika kualitas salat seseorang itu bagus, maka bisa dipastikan orang tersebut dalam kesehariannya merupakan orang yang disiplin, amanah, bertanggung jawab, teratur dan terjaga setiap ucapan dan perbuatannya dari berbagai keburukan yang bisa mengundang datangnya keburukan. Masya Allah!

Setiap perintah Allah SWT itu pasti kebaikan dari segala sisi. Seperti perintah salat, pasti merupakan kebaikan, baik untuk sisi lahiriah maupun batiniah, baik untuk dunia maupun untuk akhirat. Demikian juga ibadah-ibadah lainnya, pasti mengandung kebaikan bagi diri kita. Maka, marilah kita terus memperbaiki ibadah kita, sehingga Allah rida kepada kita dan melimpahi kita dengan pertolongan-Nya.

Ketika Allah rida, maka tidak ada lagi di dunia ini yang bisa menyamainya. Keridaan Allah adalah segala-galanya. Karena dengan keridaannya, setiap musibah yang kita alami akan kita jalani dengan hati lapang. Tidak mengeluh atau berputus asa. Pun halnya setiap nikmat yang kita peroleh, akan disikapi dengan rasa syukur. Tidak membuat kita sombong apalagi sampai kufur nikmat. Inilah sikap sebaik-baiknya seorang muslim.

Saudaraku, sesungguhnya kita milik Allah dan hanya kepada-Nya kita akan kembali. Kepada Allah kita berserah diri, memohon perlindungan dan keselamatan. Semoga kita tergolong hamba-hamba-Nya yang selamat di dunia dan akhirat. Aamiin yaa Rabbal’aalamiin. (KH. Abdullah Gymnastiar)